REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjadi lembaga yang baik dan besar serta mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat tentu menjadi damban setiap lembaga nirlaba.
Hal itu pula yang menjadi impian lembaga Griya Yatim & Dhuafa. Tentu saja, ketika ingin mengembangkan Griya Yatim & Dhuafa lebih maju, kita harus mampu mengidentifikasi kebutuhan dasar, kebutuhan pengetahuan dan kebutuhan masa depan. Dalam bukunya Brand Gardener edisi Tumbuh Kembang Karya Handoko Hendroyono banyak hal yang bisa kita ambil pelajaran bagi kemajuan Griya Yatim & Dhuafa.
Dunia komunikasi, advertising dan marketing menemukan habitat lebih menantang. Habitat yang indah, penuh dengan dinamika yang tak terpikirkan sebelumnya. Kemungkinan- kemungkinan baru ini menyebabkan penghuninya harus belajar, bermetamorfosis, dan beradaptasi dengan kondisi lingkungan. Pendekatan mainstream dan pendekatan non-mainstream seperti bertumpukkan karena memang ini adalah masa transisi model komunikasi, masa chaotic yang bisa jadi positif karena peluang.
Lembaga Griya Yatim & Dhuafa yang telah berusia 6 tahun telah banyak hasil yang dicapai melalui para pengurusnya. Tentunya kita tidak boleh berpuas diri dengan apa yang telah dicapai karena pada perkembangannya kompetisi akan semakin ketat. Dalam hal ini, para pengurus yayasan dapat bekerja sama para donatur agar saling berkomunikasi untuk mendapatkan solusi ataupun feedback terhadap rencana program yang dijalankan. Intensitas komunikasi yang melibatkan para donatur bisa memberikan solusi alternatif terkait pelaksanaan program. Selain itu, aspirasi dari anak bina Griya Yatim & Dhuafa semakin dapat terkomunikasikan sehingga mendapatkan inside terhadap efektifitas kegiatan program. Namun usulan program perlu kita selektif agar bisa sesuai target program.
Menurut dosen Sekolah Tinggi Media Komunikasi Universitas Trisakti, Dedy T Hudaya, guna mengoptimalkan dan mewujudkan program yang baik, semua pihak harus fleksibel dan realistis terhadap segala perubahan yang terkadang tidak sesuai dengan rencana sehingga perlu dikomunikasikan. Komunikasi organisasi, katanya, diharapkan bisa berjalan dengan baik agar donatur pun memahami sesuai flow procces. Kendala berkomunikasi karena latar belakang dan pengalaman yang berbeda diharapkan dapat diredam agar bisa saling dimengerti.
Selain itu kalau ingin dapat dikenal semakin luas dan mendapat kepercayaan yang tinggi dari masyarakat, maka lembaya Griya Yatim & Dhuafa harus bisa mengemas gaya komunikasi yang simpel dan mudah diterima orang pada umumnya. "Artinya, perlu pesona agar bisa menarik dan membangun empati yang Dengan demikian komunikasi yang terus dilakukan tiada henti agar mencapai kesempurnaan semua pihak," ujar Dedy, Rabu (18/2).




