REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Jelang Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) Keenam di Yogyakarta pekan mendatang, para pemuka Muslim diharapkan menyatukan visi dan misi bersama untuk membina umat Islam.
Pada forum pertemuan lima tahunan itu, kalangan ustaz tingkat nasional juga akan bertemu untuk menemukan solusi tantangan dakwah umat Islam.
Sehubungan dengan itu, ustaz Yusuf Mansur berpendapat, tantangan terbesar dakwah masih terletak pada diri pendakwah sendiri.
“Kadangkala, ibadahnya para jamaah lebih hebat ketimbang ibadahnya kami, para ustaz. Seringkali ketika rapat, misalnya, kami meninggalkan shalat berjamaah di awal waktu,” ujar ustaz Yusuf Mansur saat dihubungi Republika, Kamis (5/2) di Jakarta.
Selain itu, ustaz Yusuf Mansur juga mengajak, kalangan ustaz Indonesia agar berintrospeksi diri. Dimulai dari dirinya, kata ustaz Yusuf Mansur, belakangan ini mulai terasa para ustaz terbawa arus materialistis.
“Bukan dalam arti mengumpulkan banyak uang. Tapi, banyak hal yang memakai ukuran dunia saja. Misalnya, (mengeluh) kita sih nggak punya media, dana, network bagus. Itu kan persoalan dunia semua. Padahal, dakwah kan perlunya Allah,” terang ustaz Yusuf Mansur, Kamis (5/2).
Ustaz Yusuf Mansur mengatakan, agar para pendakwah tidak salah fokus dalam melakukan tugasnya. Yakni, membina para jamaah untuk terus mengingat Allah SWT, bukan malah mengingat terus urusan dunia.
Untuk itu, kata ustaz Yusuf Mansur, rasanya perlu sesekali para tokoh dakwah bertemu bukan dalam format rapat. Alih-alih, hanya untuk menggiatkan ibadah, mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mengabaikan sejenak persoalan dunia.
“Kita suka salah fokus. Memang kadang dirasa perlu. Tidak perlu judulnya rapat. Hanya datang, shalat malam saja, kemudian subuh berjamaah, ngaji bersama para ulama sepuh,” ujar ustaz Yusuf Mansur mengingatkan.