REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Tengku Zulkarnain mengungkap aliran Isa Bugis memiliki ajaran yang ingin menerjemahkan dan menganalisa agama islam berdasarkan teori pertentangan antara dua hal. Semisal, ideologi komunis dengan kapitalis, antara nur (ilmu) dan zhulumat (tanpa ilmu).
Ia berusaha mengilmiahkan agama dan kekuasan dan menolak semua hal yang tidak masuk akal. Selain itu, aliran Isa Bugis banyak diikuti oleh kaum intelektual yang cenderung menggunakan akal dan pikiran.
"Aliran ini selalu menolak mukjizat para nabi, seperti mukjizat nabi Musa yang membelah lautan dengan tongkat, ataupun nabi Ibrahim yang menyembelih Ismail. Menurut aliran ini semua mukjizat nabi tersebut adalah dongeng," kata Tengku, Senin (19/1).
Selain itu, lanjut dia, dalam bidang keilmuan, Isa Bugis menyebutkan Ilmu Fiqih, ilmu tauhid dan sejenisnya adalah syirik. Ulama yang mengajarkan ilmu ini dalam Isa Bugis harus diasingkan. Contoh dalam ajarannya seperti air zam-zam di Mekkah adalah air bekas bangkai orang arab.
Dalam penafsira Alquran, aliran ini selalu menyimpang dari yang seharusnya. Seperti tafsir surah Al fill ayat satu, dalam versi Isa Bugis dikatakan “ Tidakkah engkau Muhammad memperhatikan bagaimana Tuhan menghancurkan pasukan altileri yang membawa persenjataan berat (meriam, Tank baja, panser). Karena bagi Isa Bugis, sangat tidak mungkin gajah bisa hidup di daerah arab saudi yang tandus yang tidak ada daunan dan rumput sebagai makanan.