Senin 19 Jan 2015 11:45 WIB

OKI Berencana Tuntut Charlie Hebdo

Rep: c09/ Red: Agung Sasongko
  Seorang anak memegang poster bertuliskan Saya Muslim dan Saya Cinta Nabi, ketika berunjuk rasa mengecam majalah satir Perancis Charlie Hebdo di Mogadishu, Sabtu (17/1). (REUTERS/Feisal Omar)
Seorang anak memegang poster bertuliskan Saya Muslim dan Saya Cinta Nabi, ketika berunjuk rasa mengecam majalah satir Perancis Charlie Hebdo di Mogadishu, Sabtu (17/1). (REUTERS/Feisal Omar)

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -– Organisasi Kerjasama Islam (OKI) berencana untuk segera menuntut majalah satir Perancis, Charlie Hebdo. Ini karena, majalah satir tersebut mempublikasikan lagi kartun Nabi Muhammad.

Sekretaris Jenderal OKI, Iyad Madani mengatakan, OKI sedang mempelajari hukum Eropa dan hukum Perancis untuk dapat mengambil tindakan hukum terhadap Charlie Hebdo.  "Jika hukum Perancis memungkinkan kita untuk mengambil prosedur hukum terhadap Charlie Hebdo, OKI tidak akan ragu untuk menuntut majalah Perancis itu," ujar Madani, seperti dikutip Independent, Senin (19/1).

 

Melalui akun Twitter pribadinya, @IyadMadani, ia menambahkan, kartun Nabi Muhammad yang dimuat di cover Majalah Charlie Hebdo telah menyakiti perasaan seluruh umat Islam di dunia. Majalah kontroversial itu juga telah mengundang banyak aksi unjuk rasa dengan kekerasan di sejumlah Negara seperti Nigeria, Pakistan dan Aljazair.

Di Nigeria, polisi menembakkan gas air mata pada pengunjuk rasa menyusul adanya kerusuhan. Pengunjuk rasa yang menentang Charlie Hebdo membakar sejumlah tempat ibadah, bar dan kantor polisi hingga menewaskan 10 orang di Kota Niamey.

“Kebebasan berbicara tidak harus menjadi kebencian dan tidak harus menyinggung perasaan orang lain. Tidak ada orang waras yang menerima begitu saja keyakinannya diperolok,” kata dia.

Di tempat lain, Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, turut mengutuk Majalah Charlie Hebdo. Ia mengatakan gambar sampul depan terbaru dari majalah itu merupakan tindakan menghujat dan tidak bertanggung jawab. "Kebebasan berekspresi harus digunakan untuk meningkatkan pemahaman antara agama," kata dia.

Perdana Menteri Irak, Haider Abadi, juga mengeluarkan pernyataan kecaman. Ia memperingatkan hal seperti itu akan terus menyebabkan pertumpahan darah. Dia juga mengutuk serangan terhadap warga yang tidak bersalah di Paris pekan lalu.

 “Terorisme tidak ada kaitannya dengan Islam,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement