Ahad 18 Jan 2015 06:11 WIB

Ini Dampak Penyerangan Charlie Hebdo Terhadap Dakwah Islam di Barat

Charlie Hebdo
Foto: www.lavozdelinterior.com.ar
Charlie Hebdo

Oleh: Shamsi Ali, Imam Masjid Al-Hikmah, New York

 

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Saya ingin sekali lagi menyampaikan beberapa pandangan singkat tentang pembunuhan di Paris baru-baru ini. Khususnya pada sisi dampak negatif terhadap dakwah jangka panjang di Eropa, dan Barat secara umum.

Pertama, tanpa mengurangi hak untuk marah, sedih, sakit, atau apapun yang Anda ingin pakai terhadap prilaku penghina nabi atau Islam secara umum. Tapi melakukan tindakan pembunuhan adalah pada dirinya merupakan pelanggaran. Ada beberapa alasan tentunya:

Pertama, dalil-dalil yang dipakai oleh sebagian, dan ini dimunculkan ketika kasus ini terjadi, adalah dalil-dalil non qath'i. Nyawa manusia adalah sakral dan mengambilnya hanya bil haq atau bil yaqiin alias ada dalil qath'i.

Kedua, kalaupun semua nash yg pernah diajukan itu sahih, maka pelaksanaannya bisa menjadi sebuah pertanyaan berdasarkan "aksi" Rasulullah yang tidak menghukum siapa yang menghinanya. Maknanya, kalau membunuh penghina nabi itu adalah syar'i atau hukum Islam maka Rasul adalah orang yg paling berhak/berkewajiban melaksanakannya.

Ketiga, anggaplah itu ijmaa ulama, dan saya belum pernah melihatnya demikian, maka dalam tatanan hukum Islam hukum tidak dilaksanakan oleh semua orang. Tapi harus ada proses persidangan dan keputusan hukum. Dan yang melakukan ini adalah otoritas yang sah. Jika tidak maka pelaksanaannya menjadi kekacauan dalam sebuah negara yang sah.

Keempat, ada di antara kita, tanpa disadari, bersikap ambivalen alias mengganda, dalam menyikapi kasus Paris ini. Di satu sisi seolah memuji pembunuhan itu karena membela nabi, tapi di sisi lain menumbuhkan teori konspirasi kalau itu dirancang karena memang ingin menghancurkan citra islam di Barat. Apalagi dengan kasus di mana pelaku meninggalkan kartu identitasnya.

Kalau itu memang realitanya, kenapa senang dengan pembunuhan ini? Yang pasti saya sendiri saya melihat atau tepatnya curiga, kalau ini adalah bagian dari penggiringan opini untuk kepentingan kelompok tertentu. Perlu diingat negara yang paling bersikukuh membela Palestina di dunia internasional di Barat, bahkan lebih dari beberapa negara Islam, adalah Perancis. Makanya korban pembunuhan ini siapa? Tapi kenapa masih seperti ada yang membela? Seolah membela skenario di balik peristiwa ini.

Ketiga, kami para duat di dunia Barat, minimal dalam kasus kami di Amerika Serikat, membangun visi dakwah jangka panjang. Dalam 10 tahun lebih terakhir sejak 21 September momentum dakwah begitu sangat tepat, minimal dipertahankan. Kalau suasana dakwah seperti sekarang dipertahankan saja, insya Allah 30 tahun yang akan datang, AS dan Eropa akan berubah menjadi sebuah keluatan, tidak saja di bidang ekokomi dan militer seperti sekarang ini, tapi kekuatan dakwah dunia. Selama Amerika dan Eropa masih seperti sekarang dan mereka  menguasai ekonomi dan militer dunia, jangan mengira banyak yang bisa dilakukan termasuk di Palestina.

Oleh karenanya, setiap ada kejadian seperti ini hanya menjadi trigger kebencian terhadap islam sekaligus memperbesar gelombang penentangan kepada dakwah Islam itu sendiri. Sementara itu ketika kita seolah menghembuskan nafas kemarahan, kita telah merasa tampil sebagai pejuang dalam menggapai kemenangam Islam. Padahal sekali lagi, jangan-jangan sikap kita menjadi palu penghancur peluang-peluang dakwah yang kami bangun selama ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement