REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumat (2/1) malam, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW berlangsung di Istana Negara, Jakarta. Acara ini dihadiri Presiden Joko Widodo beserta Ibu Negara, Wakil Presiden Jusuf Kalla dan istri.
Tampak pula hadir sejumlah duta besar negara-negara sahabat, sejumlah tokoh umat Islam Indonesia, juga beberapa menteri Kabinet Kerja, termasuk di antaranya Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin.
Menag menyatakan pentingnya merenungi makna diutusnya Nabi SAW sebagai penyempurna akhlak. “Misi kenabian paling utama Rasulullah SAW adalah menyempurnakan akhlak mulia. Hal ini sesuai sabda beliau, 'Aku diutus oleh Allah SWT semata-mata untuk menyempurnakan akhlak mulia',” ujar Menag Lukman Hakim Saifuddin, seperti dikutip kantor berita Antara, Sabtu (3/1).
Menag menekankan, akhlak mulia Nabi SAW itu seyogianya ditiru dan dimulai semangatnya dari diri sendiri. Dengan demikian, perubahan sosial dan kultural pun dapat terjadi secar bertahap mulai dari perubahan pada tingkat individu. “Bisa dikatakan, perubahan individual adalah induk dari segala perubahan,” kata menag.
Menag mengajak seluruh umat Islam Indonesia meneladani sifat-sifat Rasulullah SAW. Terutama, dalam kaitannya dengan misi mulia Nabi SAW dalam menyempurnakan akhlak. Minimal, dimulai dari diri sendiri untuk kemudian menjadi teladan bagi lingkungan sekitar.
Menurut Menag, penyempurnaan akhlak merupakan tugas yang sangat relevan dewasa ini, sampai kapan pun dan di manapun seorang Muslim berada.
“Untuk itu, mari, kita jadikan ajaran dan keteladanan Nabi Muhammad SAW ini sebagai acuan untuk lebih menggerakkan revolusi mental,” kata Menag Lukman Hakim Saifuddin.