Oleh: Rohani
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Rabiul Awal kini telah mendatangi umat Islam yang senantiasa mengisinya dengan memperingati hari kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW. Muhammad merupakan nama Nabi Agung yang telah menyelamatkan dan menyempurnakan agama-agama yang pernah disampaikan para nabi sebelumnya dalam satu agama yang dikemas dengan nama Islam untuk dijadikan satu-satunya agama yang diterima dan diridhai Allah swt.
Muhammad artinya orang yang dipuji. Nama ini benar-benar telah menjadi nyata dan terukir dalam sejarah. Dan Allah swt mengakui dan mengumumkan kepada dunia dengan firman-Nya, “Dan sesungguhnya engkau benar-benar memiliki Akhlak yang agung.” (QS al-Qalam [68]: 5)
Tujuan Allah SWT mengutus Rasulullah kepada umat manusia semuanya agar mereka menjadikan teladan dan mengikuti Nabi SAW sehingga para manusia mendapatkan berkahnya dan menjadi Muhammad-Muhammad kecil yang bertebaran di muka bumi ini. Allah berfirman, “Sesungguhnya kamu dapati dalam diri Rasulullah suri teladan yang baik bagi orang yang mengharapkan pertemuan dengan Allah dan Hari Akhir serta yang banyak mengingat Allah (QS al-Ahzab [33]: 22).
Dalam ayat yang lain, Allah berfirman, “Katakanlah, jika kamu mencintai Allah maka ikutilah aku, kemudian Allah pun akan mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Pengampun, MahaPenyayang (QS Ali Imran [3]: 32)
Dikemukakannya beberapa contoh akhlak yang mulia Sayyidina Almusthofa, Muhammad SAW, agar kita mengetahui dan mencontohnya dalam setiap aspek kehidupan kita sehari-hari. Sejarah menjadi saksi bahwa semua kaum di Arab sepakat memberikan gelar kepada Muhammad SAW “Al-Amin”. Artinya orang yang terpercaya, padahal waktu itu beliau belum dinyatakan sebagai Nabi.
Peristiwa ini belum pernah terjadi dalam sejarah Makkah dan budaya Arab. Hal itu menjadi bukti bahwa Rasulullah memiliki sifat itu dalam kadar begitu tinggi sehingga dalam pengetahuan dan ingatan kaumnya tidak ada orang lain yang dapat dipandang menyamai dalam hal itu. Kaum Arab terkenal dengan ketajaman otak mereka dan apa-apa yang mereka pandang langka, pastilah sungguh-sungguh langka lagi istimewa.
Diriwayatkan bahwa Muhammad SAW memerintahkan supaya lalu lintas umum tidak boleh dipergunakan sehingga menimbulkan halangan atau menjadi kotor atau melemparkan benda-benda yang najis atau tidak sedap dipandang ke jalan umum atau mengotori jalan dengan cara apa pun karena semua itu perbuatan yang tidak diridhai Tuhan.
Beliau sangat memandang penting upaya agar persediaan air untuk keperluan manusia dijaga kebersihan dan kemurniannya. Umumnya, beliau melarang sesuatu benda dilemparkan ke dalam air tergenang yang mungkin akan mencemarinya dan memakai persediaan air dengan cara yang dapat menjadikannya kotor (Al-Bukhari dan Muslim, Kitabal-Barr wal-Sila)
Rasulullah mandiri dalam menerapkan keadilan dan perlakuan. Sekali peristiwa suatu perkara dihadapkan kepada beliau tatkala seorang bangsawan wanita terbukti telah melakukan pencurian. Hal itu menggemparkan karena jika hukuman yang berlaku dikenakan terhadap wanita muda usia itu, martabat suatu keluarga sangat terhormat akan jatuh dan terhina.
Banyak yang ingin mendesak Rasulullah SAW menghukumnya demi kepentingan orang yang berdosa itu, tetapi tidak mempunyai keberanian. Maka, Usama diserahi tugas melaksanakan itu. Usama menghadap Rasulullah SAW, tetapi serentak beliau mengerti maksud tugasnya tersebut. beliau pun sangat marah dan bersabda, “Kamu sebaiknya menolak. Bangsa-bangsa telah celaka karena mengistimewakan orang-orang kelas tinggi, tetapi berlaku kejam terhadap rakyat jelata. Islam tidak mengizinkan dan aku pun sekali-kali tidak akan mengizinkan. Sungguh, jika Fathimah, anak perempuanku sendiri melakukan kejahatan, aku tidak akan segan-segan menjatuhkan hukuman yang adil “ (Al-Bukhari, Kitabul-Hudud)