REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ustaz Yusuf Mansur
Sebenarnya tidak ada ajaran untuk muhasabah akhir tahun, bila mengkhususkan diri hanya di akhir tahun. Begitu juga zikir, jika dikhususkan hanya akhir tahun. Tapi kaum muslimin setiap saat diharuskan muhasabah dan zikir.
Menjelang tidur, pikirkan sejenak apa yang sudah dilakukan. Seraya minta bimbingan, sambil niat besok lebih baik lagi. Di dalam Islam juga ada niat sebagai pengontrol penuh soal visi misi yang telah, sedang dan akan dilakukan.
Maka, niat pun akan menjadi sarana muhasabah yang baik. Bukan soal hasil saja. melainkan sejak awal, buat apa dan untuk siapa semua amal dilakukan?
Allah SWT memberi kita kesempatan memikirkan dosa. Bahkan pada perbuatan baik, dalam konteks, misalnya, niatnya untuk apa dan siapa? Jika bukan untuk Allah, istighfar menjadi sarana muhasabah untuk mengoreksinya.
Terhadap berita yang kita lihat, kita dengar, Islam pun mendorong kita beristighfar dan berdoa. Akhirnya, juga menjadi sarana muhasabah.
Sebut saja yang paling terkini. Musibah hilang kontaknya Pesawat Air Asia. Bagi kita, ini bukan sekadar berita. Ini pesan dari Allah SWT. Kita berdoa dan juga beristighfar sambil mengagungkan Allah SWT. Mengakui bila kita banyak lalainya, sedang maut mengintai begitu dekat.
Saya pribadi langsung bergidik. Saat mengingat, kecelakaan ini hanya terpaut beberapa saat saya kembali dari Hongkong. Langsung saya mengambil posisi doa dan istighfar bersama anak-anak saya dan istri yang menyertai perjalanan.
Seraya saya memuhasabahi pula perjalanan kemarin dan semua perencanaan perjalanan. Yakni, memastikan sebelum jalan, sudah selesai melaksanakan kewajiban yang fardhu, beristighfar, bertobat dan berdoa.
Istilahnya, jika jalannya pukul 07,00, pastikan sudah Shubuh berjamaah, sudah Tahajjud serta Witir dan Dhuha. Selebihnya, pasrah, tawakkal. Jika Allah menghendaki celaka, sudah ikhtiar menyelesaikan urusan dengan Allah.
Biar bagaimana pun, tahun Masehi sudah dipilih jadi tahun yang dipakai bersama. Ini kekayaan kaum muslimin. Yaitu, memiliki penanggalan dua macam. Hijriyah juga masehi.
Seyogianya, setiap saat bermuhasabah. Termasuk saat pergantian tahun, tanpa ada maksud sedikitpun merayakan. Sebab apa yang dirayakan? Apalagi jika setahun penuh isinya kekurangan amal baik, kebanyakan amal buruk dan dosa? Tanpa prestasi pula?
Seyogianya pula senantiasa berzikir. Bukan hanya malam tahun baru. Bagi saya, semua malam itu sama saja. Kecuali malam yang ditetapkan Allah sebagai istimewa. Seperti malam Jum'at, dan malam-malam Ramadhan.
Sama saja itu bukan berarti kosong. Artinya, ya selalu diisi dengan kebaikan. Mengaji, mengajarkannya. Berkumpul dengan orang-orang baik, berbicara dan membicarakan kebaikan. Zikir dan mengajak orang zikir. Doa dan mengajak orang lain doa, dan kemudian saling mendoakan. Aktivitas ini, mewarnai seyogianya semua malam, bahkan seyogianya juga semua pagi, siang, dan sore.
Akhirnya, yuk, kita muhasabahi selalu diri kita. Dan selalu berusaha menjadi yang terbaik di sebanyak-banyaknya hal yang kita bisa sambil terus berdoa kepada Allah SWT. Jangan lupa, hadir di Pengajian Bersama Republika pada 31 Desember 2014, shalat Maghrib dan Isya berjamaah. Salam.