Rabu 24 Dec 2014 08:04 WIB

Yayasan As Salam Joglo Gelar Training Pengajar Alqur’an

suasana pelatihan pengajar alquran di yayasan as-salam joglo
Foto: dok. as-salam
suasana pelatihan pengajar alquran di yayasan as-salam joglo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berawal dari 15 anak asuh, kini Yayasan As Salam Komplek DKI Joglo, Kembangan, Jakarta Barat, mendidik hampir 600 murid.

Mereka terdiri murid madrasah diniyah (31 orang), TK dan KB (173), TPA (114), dan Sekolah Dasar Islam (257). Jumlah anak asuh pun bertambah menjadi 63 orang. Mereka semua dibina oleh guru dan karyawan yang berjumlah sekitar 70 orang.

Untuk meningkatkan kemampuan guru dan karyawan dalam mengajar Al Qur’an, Yayasan As Salam menggelar Training Pengajar Al Qur’an, Sabtu (20/12).

Training berlangsung di Gedung Yayasan As Salam dan diikuti 100 peserta. Mereka adalah guru, karyawan, pengurus yayasan, orangtua murid, anggota majelis taklim, dan imam serta pengurus Masjid As Salam.

Training yang disponsori LAZIS Dewan Dakwah itu mendatangkan fasilitator DR Ahmad Annuri, pakar pengajaran Al Qur’an dari Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia. Ketua Yayasan As Salam Burhan Said mengatakan, membaca Al Qur’an tidak boleh asal-asalan. Apalagi dalam mengajarkannya.

‘’Ada sepuluh adab membaca Al Qur’an, di antaranya harus tartil,’’ kata Said. Untuk itulah, semua elemen yang terlibat dalam pendidikan di As Salam, ditingkatkan kemampuannya dalam membaca dan mengajarkan Qur’an.

Ustadz Ramlan Mardjoned, Pembina Yayasan As Salam, dalam taushiyahnya mengemukakan keutamaan membaca dan menghafal Al Qur’an. Mengutip sebuah hadits, seorang penghafal Qur’an kelak diberi keistimewaan (syafa’at) untuk menyelamatkan 10 orang yang seharusnya masuk neraka.

Trainer pendidikan dari LAZIS Dewan Dakwah Deddy Djuandi, menyajikan ice-breaker saat mengantarkan peserta ke acara inti. Dengan gayanya yang menarik dan dinamis, Deddy memotivasi para peserta untuk menjadi pengajar dan guru yang unggul. Tidak biasa-biasa saja.

Ustadz Ahmad Annuri mengungkapkan sejumlah kekeliruan umum dalam membaca Al Qur’an. Misalnya lantaran pengaruh dialek kesukuan. Sehingga misalnya, bacaan Qur’an lidah Jawa Tengah terdengar medok seperti senandung dandangulo.

‘’Menghafal Al Qur’an tidak bisa meninggalkan tahsin. Karena hafalan tetap harus memenuhi syarat tartil,’’ tandas Annuri yang disertasinya membedah 186 metode baca Qur’an di Indonesia.

Para peserta mengaku sangat tercerahkan oleh materi training ini. ‘’Bagus sekali materinya. Ini penting untuk meningkatkan kemampuan kita dan anak-anak,’’ kata Fetty Fetriany, Kepala Sekolah SDI As Salam.

Gatot Wu, pengurus yayasan, meminta Direktur Eksekutif LAZIS Dewan Dakwah Ustadz Ade Salamun untuk melanjutkan kerjasama penyelenggaraan training ini. Penulis produktif dan kreatif itu juga berkomitmen untuk mendukung program dakwah pedalaman dengan keahliannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement