Oleh: Hasanuddin QH
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu karunia Allah SWT yang sering diabaikan dan dilalaikan oleh manusia dalam kehidupan ini adalah nikmat kesehatan. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadis Rasulullah SAW: “Ada dua nikmat yang sering kali dilalaikan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan kesempatan.”
Padahal, kesehatan merupakan mahkota yang tidak dapat dirasakan kecuali bagi mereka yang sakit. Dr Husain Haikal dalam kitabnya, Hayatu Muhammad, menjelaskan, Nabi Muhammad SAW selama hayatnya yaitu 63 tahun hanya dua kali mengalami sakit, yakni ketika beliau kembali dari ziarah makam pahlawan di Baqi’, ketika susah tidur dan demam panas beberapa hari sebelum wafatnya. Lalu timbul pertanyaan, mengapa Nabi Muhammad selalu sehat? Pertama, beliau senantiasa bangun subuh.
Sepanjang catatan sejarah hidupnya selama 23 tahun beliau jadi Nabi, hanya satu kali saja beliau tidak bangun waktu subuh. Hal itu disebabkan mungkin beliau terlalu letih dalam perjalanan dakwahnya dan tidur sesudah larut malam. Nabi Muhammad SAW senantiasa bangun waktu “subuh”, dan waktu subuh tentu tidak sama dengan waktu “pagi”.
Waktu pagi adalah waktu setelah matahari terbit, kira-kira jam 07.00, sedangkan waktu subuh ialah setelah fajar menyingsing dan sebelum matahari terbit, sebagaimana disebutkan Alquran surah Takwir ayat 18. Artinya: “Demi waktu subuh di kala fajar merekah.”
Sumpah Allah dengan waktu itu adalah untuk menarik perhatian manusia, khususnya manusia yang beriman kepada-Nya akan pentingnya waktu itu bagi kesehatan fisik dan mental. Udara subuh memang sangat segar dan banyak mengandung zat asam yang sangat diperlukan buat pernapasan manusia.
Tidak heran orang-orang yang suka bangun subuh dan selalu menghirup udara subuh sukar dihinggapi penyakit paru-paru. Pernapasannya teratur dan paru-parunya menjadi kuat. Bangun subuh tidak saja besar artinya bagi kesehatan jasmani, tetapi juga bagi kesehatan rohani kita.
Faktor kedua beliau selalu menjaga kebersihan. Sejak kecil Rasulullah menyukai kebersihan meskipun negerinya kekurangan air. Dan ketika diangkat menjadi rasul, makin besar perhatiannya pada kebersihan. Beliau bersabda: “Kebersihan itu adalah sebagian daripada iman.” Maka, siapa yang tidak suka menjaga kebersihan, ternodalah sebagian imannya.
Adapun faktor ketiga yang menyebabkan Rasulullah SAW senantiasa sehat adalah karena beliau selalu makan secukupnya. Rasulullah SAW bersabda: “Kami adalah kaum yang tak pernah makan sebelum lapar, dan bila kami makan tidak pernah sampai kenyang.” Makan memang merupakan salah satu syarat untuk hidup, bila kita tidak makan pada waktunya, maka zat-zat pembakar dalam tubuh kekurangan bahan bakar yang mengakibatkan pembakaran tidak terjadi. Bila pembakaran tidak terjadi, panas badan berkurang dan darah tidak bisa teratur lagi.
Maka, makan diperlukan untuk hidup, tetapi manusia hidup bukan untuk makan. Manusia yang hidup hanya untuk makan merosot nilainya menjadi hewan. Sungguh tepat apa yang dikatakan oleh salah seorang sahabat Rasulullah SAW sekaligus menantu beliau, yakni ‘Ali bin Abi Thalib: “Orang yang hidup hanya untuk mengisi perutnya, nilainya sama dengan apa yang keluar dari perutnya.”
Faktor terakhir karena beliau banyak berjalan kaki. Dalam berdakwah dari satu tempat ke tempat lain, Rasulullah senantiasa berjalan kaki mengingat keadaan saat itu belum ada kendaraan seperti sekarang ini. Para ahli kesehatan menyatakan bahwa berjalan kaki adalah suatu cara gerak badan yang sangat penting dan menyehatkan. Dengan jalan kaki, pernapasan lebih teratur, urat-urat akan selalu tergerakkan, paru-paru akan menjadi kuat, dan darah menjadi bersih.