REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Peran dan kontribusi ilmuwan dari kalangan muslimah dalam membantu menyelesaikan permasalahaan masyarakat dan bangsa dinilai belum optimal karena hanya dinilai berdasarkan jumlah sumber dayanya semata.
"Kekuatan kita masih kuantitatif. Masih menekankan pada jumlah. Tetapi yang mesti resources-nya yang harus dimiliki agara berimbang kepada yang lain," ujar Ketua Bidang Kajian Pendidikan Majelis Ilmuwan Muslimah Internasional Indonesia (MAAI) Nurhayati Djamas, Ahad (21/12).
Padahal, jelasnya, untuk mengoptimalkan peran bukan hanya kekuatan jumlah yang diciptakan melainkan juga kekuatan kualitas dan penguasaan sumber daya manusia.
Dosen universitas Al Azhar Indonesia ini juga mengatakan, ilmuwan dari kalangan muslimah akan menjadi kekuatan penyeimbang untuk mengkritisi kebijakan yang melenceng dan merugikan masyarakat dan bangsa.
Menurutnya, wilayah MAAI bukanlah wilayah politik, tetapi wilayah pencerahan dari segi nilai dan hal-hal terkait kebenaran ilmiah hasil studi.
Wakil ketua Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Huzaemah T. Yanggo mengatakan, sejauh ini peran ilmuwan muslimah semakin meningkat dalam kontribusi kehidupan masyarat dan bangsa. Namun, karena pengaruh globalisasi sehingga tantangan yang dihadapi ilmuwan muslimah juga meningkat.
Untuk itu perlu dilakukannya pelatihan dan pendidikan untuk peningkatan peran Ilmuwan muslimah dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.