REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Budayawan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun mengajak warga negara Indonesia (WNI) di Taiwan selatan melantunkan selawat ala lagu "Malam Kudus". Secara spontan umat Islam yang memadati taman di sekitar Stasiun MRT Shihizia, Kaohsiung, Minggu (14/12), menirukan bacaan selawat dengan nada sesuai dengan alunan lagu rohani menjelang Hari Raya Natal itu.
Sebelum tampil bersama istrinya, Novia Kolopaking, dan dua anaknya, Cak Nun mendapat suguhan atraksi seni beberapa kelompok WNI di Taiwan. Selain selawatan yang diiringi rebana dan musik Islami, Cak Nun dan hadirin menyaksikan penampilan salah satu kelompok gereja yang beranggotakan WNI membawakan beberapa lagu.
Salah satu di antara anggota kelompok itu kemudian dipanggil dan didaulat untuk menyanyikan lagu "Malam Kudus". Setelah itu, Cak Nun mengajak para hadirin yang mengenakan pakaian Muslim itu berselawat yang nadanya sama dengan Malam Kudus.
"Shalatullah.....Salaamullaah...'Ala Yaasin Habibillah,"
Usai melantunkan sebait selawat itu, hadirin yang memadati lapangan terbuka yang berjarak sekitar 350 kilometer arah selatan Ibu Kota Taiwan di Taipei itu bertepuk tangan. "Indahkan...?" teriak Cak Nun yang berselawat di depan sekitar seribu umat Islam di kota terbesar kedua di Taiwan itu.
Menurut pria kelahiran Desa Menturo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, 62 tahun silam itu tidak ada masalah saling bertukar budaya antarumat agama. "Yang penting bukan keyakinan dan ajarannya yang ditukar. Mungkin nantinya bisa lagu-lagu rohani di gereja yang nadanya sama seperti selawatan," ujarnya.
Di depan ribuan WNI yang mayoritas pekerja itu, Cak Nun lebih banyak berbicara mengenai keindonesiaan. "Indonesia itu kalau diibaratkan seperti rujak cingur. Rujak cingur tidak akan menjadi rujak, jika tanpa lontong, tahu, cabai, dan cingur. Sama seperti Indonesia tidak akan ada tanpa Jawa, Madura, Sunda, dan lain-lain," tuturnya.
Dari Kaohsiung, Cak Nun menuju Donggang, Pingtung County, yang berjarak sekitar 36 kilometer.
Di kota pelabuhan itu, dia bertemu para nelayan asal Indonesia di serambi masjid Annur. Masjid di lantai dua penampungan nelayan tersebut didirikan atas prakarsa para nelayan asal Indonesia.