Senin 15 Dec 2014 15:05 WIB

Ustaz Bendry: Mayoritas Harusnya Dirangkul Bukan Dipinggirkan

Rep: cr05/ Red: Agung Sasongko
Sejumlah umat Islam memanjatkan doa saat zikir nasional di Masjid At Tin, Jakarta.
Foto: Republika/Agung Fatma Putra
Sejumlah umat Islam memanjatkan doa saat zikir nasional di Masjid At Tin, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ustaz Bendry Jaisyurrahman mengamati wacana kebijakan pemerintah yang kerap memancing keresahan umat Islam. Menurut dia, bila pemerintah berusaha menjauhkan simbol-simbol atau meminggirkan umat Islam, maka dipastikan pemerintahan tersebut tidak akan bertahan lama.

"Betapa tidak, negara kita mayoritas Muslim. Saya pikir pemerintahan seperti itu tidak akan bertahan lama karena menghilangkan kepercayaan publik," kata Ustaz Bendry saat dihubungi ROL, Senin (15/12).

Sudah sewajarnya, kata dia, bila pemerintahan di negara yang memiliki mayoritas Muslim dapat melahirkan kebijakan yang disenangi warganya. Ia mengibaratkan negara sebagai sebuah perusahaan.

"Logikanya 80-90 persen pemegang saham di perusahaan ini adalah Muslim. Sudah seharusnya mayoritas tersebut dirangkul bukan dipinggirkan dengan tentunya tidak mengabaikan pemegang sahan minoritas (Non-Muslim)," kata dia.

Dia menambahkan, kendati tidak bisa menduga, namun bila dilihat dari yang tampak, kata dia, pemerintah malah berupaya menyingkirkan simbol-simbol pemegang saham terbesar negara ini yakni umat Islam.

"Yang jadi masalah saat ini adalah justru terlihat upaya meminggirkan Muslim dan minoritas malah dianakemaskan. Padahal sangat bodoh jika tidak merangkul mayoritas. Cepat atau lambat pemerintahan seperti itu akan bubar," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement