Rabu 10 Dec 2014 20:25 WIB

Mualaf: Sungguh Terkagum dan Terpesona dengan Keindahan Islam

Rep: cr02/ Red: Erdy Nasrul
dewan dakwah gelar daurah tokoh muallaf maluku
Foto: dok. dewan dakwah
dewan dakwah gelar daurah tokoh muallaf maluku

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Salah satu mualaf di pondok pesantren Annaba Center Indonesia, Muhammad Amiruddin mengakui bahwa dirinya mengalami masa-masa sulit dan jalan terjal sebelum memeluk agama Islam. "Pindah agama merupakan saat yang sulit, namun banyak hidayah dan berbuah manis setelahnya," ujar Amiruddin dalam buku Mengapa Kami Memilih Islam.

Amiruddin mengatakan bahwa perjalanannya untuk memeluk agama Islam sangat pahit dan menuai banyak hal yang tidak menyenangkan dalam kehidupannya. Amiruddin merupakan warga Timor Leste yang sebelumnya memiliki nama Americo Sarmento. Amiruddin mengatakan bahwa tidak ada agama yang semulia Islam yang mengajarkan kebenaran kehidupan. Menurutnya, Islam adalah agama yang kompleks yang mengajarkan kebaikan mulai dari tidur hingga saat tidur. "Aku sungguh terkagum dan terpesona dengan keindahan Islam," ujar Amiruddin.

Amiruddin mengungkapkan bahwa pada waktu itu ia masih kecil, tentu belum paham benar tentang penjelasan kakeknya mengenai Islam. Setelah berpindah agama, Amiruddin benar-benar merasakan perbedaan yang sangat dahsyat antara agama Islam dengan agama Kristen. Menurutnya, Islam mengajarkan tentang bagaimana itu Tuhan.

"Tuhan adalah Esa, yaitu Allah Swt., sedangkan dalam Kristen, Tuhan itu ada tiga dan yang lebih anehnya dalam wujud patung yang disalib. Saya yang pada waktu itu belum memahami dengan benar tentang hal ini tentu saja bertanya-tanya, mengapa Tuhan bisa disalib dan mengapa Tuhan justru tidak mengenakan pakaian yang layak ketika disalib? Sungguh saya belum menemukan jawaban yang baik pada waktu itu," ujar Amiruddin.

 

Amiruddin menilai Islam mengajarkan mengenai konsep ketuhanan dengan baik. Menurutnya, dalam Islam Allah memang tidak dapat terlihat oleh mata dan panca indera yang lain. Tetapi, keberadan-Nya dapat dibuktikan dengan adanya segala ciptaan-Nya, yaitu alam beserta isinya. Oleh sebab itu, bukanlah panca indera semata yang membuktikan kebenaran Allah melalui ciptaan-Nya, melainkan juga dengan pikiran dan hati nurani manusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement