Senin 08 Dec 2014 18:11 WIB
Atribut Natal

Atribut Natal, HTI: Toleransi yang Kebablasan

Rep: c13/ Red: Agung Sasongko
 Pekerja sebuah restoran cepat saji di Banten, Ahad (7/12), mengenakan atribut Natal berupa tanduk rusa sebagai bagian seragamnya.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Pekerja sebuah restoran cepat saji di Banten, Ahad (7/12), mengenakan atribut Natal berupa tanduk rusa sebagai bagian seragamnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Ismail Yusanto menganggap pemakaian atribut natal itu sikap toleransi yang berlebihan. Menurutnya, tindakan ini tidak perlu dilakukan oleh suatu umat untuk memnunjukkan rasa toleransinya.

"Jelas itu toleransi kebablasan," ujar Ismail saat dihubungi ROL, Senin (8/12). Dalam Islam, kata Ismail, makna esensi natal jelas bertentangan dengan ajaran Islam.

"180 derajat bertentangan," tegasnya.

Ismail menjelaskan, Alquran surah al-Ikhlas ayat 3 disebutkan: Dia (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dengan melihat situasi tersebut, pemakaian atribut sebagai wujud toleransi itu suatu kekeliruan.

Menurutnya, sikap toleransi yang seharusnya dilakukan umat Islam itu sudah diatur dalam Alquran surah al-Kafirun ayat 6. "Lakum diinukum waliyadiin," kata Ismail. Hal ini berarti, untuk kamulah agamamu dan untuk akulah agamaku.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement