REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang staf gubernur dikabarkan ada di teras rumah. Insya Allah, saya tidak membeda-bedakan. Dulu bahkan ada seorang yang dimuliakan Allah berposisi lebih, juga ya alhamdulillah biasa saja. Ini saya ceritakan kaitannya dengan Alquran dan Nabi Muhammad.
“Saya utusan Pak Gub,” beliau menyebut suatu daerah. Untuk meyakinkan sebagai utusan resmi gubernur, beliau pakai seragam dinas. Lengkap dengan name tag. Tidak ketinggalan, kartu nama, tertulis di situ, “Sekda”. Lengkap dengan nama dan logo provinsi atau pemerintah daerahnya. Surat resmi juga tidak ketinggalan. Sudah dibubuhi tanda tangan gubernur, stempel, dan berkop resmi.
Saya kemudian lihat, beliau ini mencet-mencet HP. Sejurus kemudian, “Ustaz, mohon berkenan menerima telepon dari Pak Gub kami ….” Bercakap-cakaplah saya. “Iya, Pak Ustaz. Itu Pak Sekda kami. Kami utus resmi. Maulah ya Pak Ustaz memenuhi kenginan masyarakat kami agar Pak Ustaz datang dan memberi nasihat untuk kami ….”
Teringatlah saya, awal-awal surah Yaasiin. "Yaasiin. Wal Qur’aanil kariim. Innaka laminal mursaliin. ‘Alaa shiroothim-mustaqiim. Tanziilal ‘Aziizir Rohiim." Nabi Muhammad bukanlah utusan biasa. Beliau utusan Allah. Dan, Alqurannya pun bukan surat biasa. Ia adalah wahyu Allah. Firman Allah. Kalamullaah.
Dengan penggalan awal surah Yaasiin tersebut seakan dialog dengan Sekda dan Pak Gub menjadi penuh hikmah. Allah meyakinkan kita bahwa Nabi Muhammad itu benar utusan Allah. Dan, Alquran juga benar dari Allah. Bahkan, penegasan-Nya juga banyak. Tidak hanya di ayat-ayat di atas. Sebut saja, asy-Syu’araa ayat 192, "Wa-innaahuu latanziilu robbil ‘aalamiin.” Azzumar ayat 1, "Tanziilul kitaabi minallaahil ‘aziizil hakiim.” Atau, di surah al-Waaqi’ah menjelang ayat-ayat terakhir, ayat 80, "Tanziilum-mir-ribbil-‘aalamiin.” Dan, masih banyak lagi.
Lewat Alquran, kita belajar tentang Allah, Tuhan Semesta Alam. Jika dibilang semesta alam, mencakup kekuasaan di seluruh alam semesta dan kepemilikan akan semua yang ada. Dan, Allah inilah yang menurunkan Alquran dan mengutus Nabi Muhammad. Berbagai hal kemudian Allah kemukakan dan hadirkan, bahkan alam semesta ini. Untuk menjadi bukti keberadaan-Nya, kekuasaan-Nya, kemuliaan-Nya, kebesaran-Nya, dan cakupan yang lebih luas lagi tentang Ilaah, Allah, atau Rabb.
Sekadar ilustrasi, jika Saudara tinggal di daerah pegunungan, setiap pergi dan pulang, Saudara lihat gunung di sebelah kanan rumah Saudara, lalu tiba-tiba gunung itu pindah di sebelah kiri? Apa yang akan terjadi? Kehebohan seisi jagat! Helikopter asing, reporter asing, akan hilir mudik, memberitakan peristiwa nggak lazim. Gunung pindah tempat! Padahal, siapa yang menahan gunung itu selama ini? Hingga ia tidak pindah tempat? Allah. Harusnya, ini jadi bukti kekuasaan Allah. Tapi, manusia kebanyakan nggak mau mengakuinya. Mungkin karena saking biasanya.
Jika Saudara tinggal di pantai. Belasan atau puluhan tahun Saudara berdiri sejengkal dari batas maksimal air bisa mencapai kaki Saudara, dari bibir pantai. Tapi, tiba-tiba Saudara bangun, air laut kosong! Kehebohan pun akan terjadi. Bahkan, ketakutan. Sebagian lagi akan menyungkurkan diri. Sujud. Beristighfar sebenar-benarnya istighfar. Saat itu, bakal percaya kiamat akan datang sebentar lagi.
Padahal, tenangnya air laut, adanya air laut, yang kalau bukan karena kerusakan oleh manusia, takarannya nggak pernah berkurang dan berlebih, dan Allah pula yang menahan air laut hingga ia tidak ke daratan, ternyata tidak menjadikan kita beriman sepenuh hati. Kekuasan Allah, sama saja, apakah gunung di kanan atau di kiri. Bagi Allah, sama saja, apakah lautan terisi air atau kering dari air.
Satu hal yang saya mau bicarakan, yang menurunkan Alquran adalah Dia juga yang menahan gunung dan menahan air laut serta mencukupinya. Kalau kita isi kolam renang besar saja, butuh waktu berjam-jam. Sungguh Mahakuasa Allah. Dan, sekali lagi, Allah menegaskan, "Wainnahuu latanziilu robbil ‘aalamiin.” Dan, sungguh Alquran diturunkan langsung dari Allah, Tuhannya semesta alam. (Asy-Syu’araa ayat 192).
Sungguh, saya dan kita semua mestinya bangga. Punya kitab suci, Alquranul Kariim. Mukjizat Nabi Muhammad yang hingga kini masih bisa kita sentuh, kita baca, kita dengar, dan kita rasakan. Subhanallah, Allahu akbar!