Sabtu 06 Dec 2014 14:18 WIB

IBF Goes To Pesantren Hadir di Ponpes Turus Pandeglang

Rep: irwan kelana/ Red: Damanhuri Zuhri
suasana training jurnalistik yang bertajuk iibf goes to pesantren
Foto: dok.iibf
suasana training jurnalistik yang bertajuk iibf goes to pesantren

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pameran buku Islam (Islamic Book Fair/IBF) ke-14 akan digelar di Istora Senayan Jakarta, 27 Februari sampai 8 Maret 2015.

Salah satu rangkaian IBF 2015 adalah pra event bertajuk  IBF goes to 10 pesantren dengan workshop jurnalistik dan pelatihan menulis (selanjutnya disebut IBF goes to pesantren.)

Kegiatan tersebut akan diadakan di 10 pesantren di berbagai daerah, terutama Jadebotabek dan Banten. Ajang pertama IBF goes to pesantren diadakan di Pondok Pesantren Turus Pandeglang, Banten.

Acara yang diadakan, Sabtu (29/11) itu menampilkan dua narasumber, yakni M. Istijar Nusantara, M.Ikom (Redaksi Tangsel Post & Green Komunika) dan Irvan Ali Fauzi (Redaksi Harian Nasional, inilah.com). 

Istijar menjelaskan tehnik membuat berita, wawancara dan feature. Adapun Irvan membahas berita online, media sosial dan teknik press release. 

Pada acara pelatihan yang diikuti sekitar 200 santri itu, kedua nara sumber berbagi pengalaman bersama narasumber, bagaimana suka dukanya meliput berita dan  dikejar deadline hariah. Irvan  mengisahkan dirinya ketika menjadi wartawan online yang bertugas di Istana Presiden RI.

“Wartawan yang bertugas di Istana Presiden harus mengikuti protokoler tersendiri misalnya memakai ID Card, pakaian formal, dan tepat waktu. Jika tidak, tidak diperkenankan masuk untuk meliput,” ujarnya mengisahkan.

Istijar memberikan tips membuat berita dan reportase yaitu dengan lima W satu H (Why, what, when, where, who dan how).

“Jadi kata kunci menulis berita tidak melupakan Lima W satu H tersebut.  Berita harus disajikan secara unik dan kreatif agar menarik untuk dibaca, sehingga berita kita menjadi headline di surat kabar,” tuturnya.

Pada sesi tanya jawab, para santri berlomba-lomba untuk bertanya. Aldi dan Ihsan, misalnya. Keduanya bertanya bagaimana caranya bisa menulis dan memublikasikannya agar tulisan kita bisa masuk media.

Pertanyaan tersebut dijawab secara simple namun serius oleh kedua narasumber. “Jika kita ingin bisa menulis jawabannya ada lima tips yaitu menulis, menulis, menulis, menulis dan menulis,” kata Istijar menjelaskan. Jawaban senada diungkapkan Irvan.

Terkait publikasi, kedua nara sumber mengatakan agar para peserta tidak terpaku hanya dimuat di koran atau majalah. Di era internet seperti saat ini, penulis juga bisa mempublikasikan karyanya lewat blog, facebook, twitter dan lain sebagainya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement