REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Badan Amil dan Zakat Nasional (Baznas), Didin Hafiuddin, mengatakan, kecakapan lembaga milik Indonesia tidak akan berdampak besar dalam persaingan di MEA bila SDM-nya tidak mampu berkomunikasi dengan baik. Komunikasi yang buruk hanya akan menghambat.
Karena itu, Kiai Didin menyarankan agar lembaga pendidikan Islam di Indonesia seyogianya berfokus pada peningkatan kapasitas komunikasi bahasa asing. “Ini soal mendasar,” ujar Kiai Didin, Selasa (2/12)
Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) ini juga menyebut tentang kebersatuan umat Islam di luar Indonesia. Misalnya, Ikatan Ulama Asia Tenggara yang pada Sabtu (29/11) lalu terbentuk di Depok, Jawa Barat. Menurut Kiai Didin, forum seperti itu penting namun mesti juga diiringi dengan tindakan yang konkret.
Itu terutama untuk meningkatkan kapasitas ekonomi umat Islam, baik di tiap negara berpenduduk muslim di kawasan Asia Tenggara maupun untuk seluruh umat Islam pada umumnya. Demikian pula, kapasitas ekonomi kalangan ulama sendiri dapat ditingkatkan melalui .
“Ulama juga mesti kuat secara ekonomi,” pungkas Didin.
Dengan begitu, MEA dapat direspon secara positif. Kiai Didin menggambarkan, bermacam-macam program penguatan ekonomi bisa dilakukan. Misalnya, menguatkan jaringan perekonomian syariah atau zakat di kawasan Asia Tenggara.