Rabu 19 Nov 2014 19:50 WIB

30 Tahun tak Direnovasi, Rumah Enam Keluarga Dhuafa Ambruk

Rumah tua di Jalan Matraman Dalam 3 RT 16/07. Kel. Pegangsaan, Menteng, Jakpus
Foto: Wakaf Alquran
Rumah tua di Jalan Matraman Dalam 3 RT 16/07. Kel. Pegangsaan, Menteng, Jakpus

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Brrr... suara berdecit di rumah bagian atas terdengar keras. Menyadari ada pertanda buruk, Soid (63 tahun) segera menyambar Balqis (2 tahun) yang sedang bermain di dalam rumah. Pecahan genteng dan tembok serta puing-puing atap menghujani tukang ojek tersebut  yang berlari keluar rumah sembari mengais sang cucu. Bruuk... matanya pun menatap nanar rumah ambruk hanya dalam hitungan detik saja.

“Saya melihat ada angin muter di belakang rumah saya… gak lama saya dengar suara gemuruh beberapa detik kemudian diikuti suara bangunan rubuh, ternyata rumah Pak Soid rubuh,” ungkap Ketua RT 16 Mujahidin (62 tahun).

Rumah tua di Jalan Matraman Dalam 3 RT 16/07. Kel. Pegangsaan, Menteng, Jakpus dihuni oleh Soid dan lima keluarga lainnya. Walau satu atap, rumah tersebut di petak-petakan menjadi enam bagian sesuai dengan jumlah kepala keluarga. “Rumah itu memang rumah tua warisan orang tua saya yang harus dibagi dengan saudara-saudara yang lain,” ungkap Soid.

Setelah kejadian itu, Soid tidak dapat bicara selama tiga hari karena shock. “Saya baru hari ini bicara, selama tiga hari kemarin badan saya gemeteran mulut kaya kaku gak bisa ngomong,” ungkapnya, Senin (10/11).

Kejadian pada Jum’at sekitar jam 5 sore itu begitu cepat. Namun Alhamdulilah tidak sampai mengakibatkan korban jiwa lantaran Soid, Balqis dan seorang adik Soid, Entin (59 tahun) segera ke luar rumah. Sedangkan penghuni yang lain lagi sedang keluar rumah.

“Allah masih menyelamatkan saya, karena ada bagian tembok yang jatuh persis di samping saya. Ketika kejadian berlangsung saya segera memeluk balqis, saya khawatir dia tertiban reruntuhan, beruntung reruntuhan itu hanya meniban saya,” kenang Soid.

Sekitar 15 jam setelah runtuh, Ketua RT mengerahkan warga untuk membersihkan puing-puing. Uang sebesar Rp 4 juta ---Rp 2 juta sumbangan dari RW dan sisanya kas RT— segera dibelikan bahan bangunan untuk membangun rumah kembali namun masih jauh dari kata cukup.

Karena untuk membangun rumah sederhana enam petak dalam satu atap tersebut dibutuhkan dana sekitar Rp 108 juta lagi. Soid yang berprofesi sebagai tukang ojek dan kelima saudaranya yang bekerja serabutan penghasilan perbulannya hanya cukup untuk makan sehari-hari masing-masing anak istri. Maklumlah penghasilan mereka per bulan kalau dirata-ratakan, masing-masing hanya dapat sekitar Rp 700-800 ribu.

Untuk mengurangi beban keluarga besar Soid, melalui program Zakat Peer to Peer (ZPP) Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) menggalang dana dari kaum Muslimin. Sehingga mereka bisa kembali bernaung dari hujan dan panas serta pahala yang berlimpah dari Allah SWT untuk kita semua.[]

 #YukBantu kembalikan rumah keluarga Pak Soid! klik di sini!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement