Rabu 19 Nov 2014 17:50 WIB

DMI: Perdamaian dan Toleransi Jangan Jadikan Alasan Shalat di Katedral

Umat Islam tengah Shalat Jumat.
Foto: Onislam.net
Umat Islam tengah Shalat Jumat.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Sekretaris Bidang Dakwah Dewan Masjid Indonesia (Sekbid Dakwah DMI) Ahmad Yani menyatakan, perdamaian dan toleransi tidak bisa dijadikan alasan untuk menyelenggarakan shalat Jum'at di Katedral.

"Perdamaian dan toleransi jangan dicampur dengan urusan agama" kata Ahmad Yani saat dihubungi Republika, Rabu (19/11).

Menurut islam, ia menjelaskan, shalat dimana saja boleh asal suci. Namun, tambah dia, bukan berarti shalat di katedral diperbolehkan karena katedral merupakan simbol sebuah agama.

Ahmad Yani memberi contoh, selama ini shalat di aula sebuah gedung ataupun di area parkir masih ada dan tidak dilarang. Karena, lanjut dia, tempat-tempat tersebut tidak menjadi simbol agama tertentu.

Justru, ia menambahkan, cara-cara menjalin perdamaian seperti itu bisa berujung perpecahan. Dalam Islam sendiri tidak memperbolehkan non muslim untuk masuk masjid karena dalam islam ada perlakukan dan tata cara tersendiri terhadap masjid.

Menurut Ahmad Yani hal tersebut bisa dijadikan alasan bagi umat beragama lain untuk menyatakan islam merupakan agama yang tidak menjunjung perdamaian dan toleransi.

Sebelumnya, Katedral Nasional Washington di Amerika menggelar shalat Jumat. Kegiatan yang dilakukan Jumat pekan lalu waktu setempat ini merupakan bagian dari kegiatan lintas agama, yang sering digelar di gereja tersebut.

Jubir Masjid Adams di Amerika, Rizwan Jaka, mengatakan ia ingin seluruh dunia melihat komunitas Kristiani yang hidup berdampingan dengan muslim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement