REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Untuk pertama kalinya, seorang Muslim Inggris menghadiri sebuah diskusi keagamaan yang diadakan di Gereja Sinode Inggris di London. Diskusi yang juga dihadiri oleh Uskup Agung Canterbury Justin Welby ini membahas tentang penderitaan yang dialami kaum minoritas di Irak dan Suriah selama ini.
Dialah Fuad Nahdi, yang membacakan doa secara Islam dan kemudian menyapa para hadirin dengan ucapan "Asssalamualaikum". Fuad Nuadi sendiri adalah kepala sebuah organisasi keagamaan bernama Radical Middle Way.
"Penganiayaan terhadap orang Kristen di Irak dan Suriah benar-benar keji dan tidak dapat diterima oleh setiap manusia yang waras. Tapi kita tidak boleh lupa bahwa umat Islam telah menanggung beban dari kalangan ekstremis ini," kata Nahdi dalam sambutannya.
Ia menambahkan, selama ini ribuan atau bahkan puluhan ribu orang tewas dalam beberapa tahun terakhir di dua wilayah tersebut. "Dan mereka akan terus mati jika kita berpura-pura mengabaikannya," kata pria kelahiran Kenya itu di hadapan hadirin yang sebagian besar non-Muslim.
Selama pidatonya, Nahdi menyebut jihadis Islam yang mengusung kekerasan sebagai "idiot". Ia juga mengutuk diskriminasi terhadap orang-orang Kristen. Dia juga mengatakan umat Islam yang tidak mematuhi ideologi ekstremis telah menderita dalam jumlah yang lebih besar.
Nahdi juga berbicara tentang tumbuhnya kemarahan di kalangan anak muda Muslim di Inggris sebagai reaksi terhadap kritik yang mereka hadapi karena tindakan ekstremis. "Semua tekanan pada kita dilakukan untuk membenarkan hal-hal yang tidak dapat dibenarkan," katanya.
Ia juga menyerukan perdamaian dan kerja sama melawan "kebodohan" yang dilakukan orang-orang Kristen dan Muslim.
Nahdi juga menulis dalam sebuah artikel yang diterbitkan di surat kabar The Guardian, tentang penampilannya "sebagai Muslim pertama" yang menghadiri pertemuan sinode umum menunjukkan bahwa pengikut agama-agama besar dapat bersatu tanpa kekerasan.
Gereja Sinode Inggris adalah gereja pusat dari Komuni Anglikan global yang memiliki sekitar 80 juta pengikut di lebih dari 165 negara.
Advertisement