Rabu 05 Nov 2014 10:37 WIB

Trilogi Pesantren Bisa Jadi Panduan Pengembangan Potensi Ekonomi Mandiri

Rep: c 78/ Red: Indah Wulandari
Penampilan grup musik jazz, Pacific Clave di Ponpes Darul Qalam, Tangerang Banten
Foto: ROL/Sadly Rachman
Penampilan grup musik jazz, Pacific Clave di Ponpes Darul Qalam, Tangerang Banten

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Trilogi pesantren bisa menjadi bekal pengembangan potensi ekonomi mandiri santri.

"Ada tiga hal yakni dari segi pola pendidikan, aspek keagamaan dan aspek sosialnya," kata Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin pada acara Bincang Nasional Pemberdayaan Lembaga Pesantren dalam Rangka Peningkatan Kemandirian Ekonomi Serta Mendorong Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah di kantor Bank Indonesia Surabaya, Rabu (5/11).

Khusus untuk aspek sosial, Menag memaparkan keberadaan pesantren berpotensi dalam pengembangan ekonomi masyarakat. Sebab,  selain belajar keagamaan, santri juga telah terbiasa dididik mandiri sekaligus terbiasa bersinggungan dengan manusia lainnya yang beragam dalam kehidupan sehari-hari.

Pemerintah, menurutnya, harus sigap dan secara sinergi menyiapkan kestaraan regulasi, kesetaraan program dan kesetaraan anggaran, agar pesantren tidak ketinggalan dengan lembaga negara lainnya.

Lantaran minat masyarakat untuk menempuh pendidikan di pesantren semakin menguat. Disebutkannya, sampai 2012 jumlahnya tercatat sebanyak 27.230 ponpes. Dibanding tahun 1997, kenaikannya sangat pesat, karena kala itu, jumlahnya baru sebanyak 4.196 ponpes.

Jumlah santrinya pun sudah mencapai 3.004.807 orang atau 79,93 persen untuk santri mukim, dan sebanyak 754.391 orang untuk santri non mukim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement