Senin 03 Nov 2014 09:37 WIB

Suasana Haru Perayaan Tahun Baru Islam di Tanah Papua

Rep: Hanan Putra/ Red: Agung Sasongko
Generasi muda Muslim Papua
Foto: Courtesy of suaramuslimpapua.blogspot.com
Generasi muda Muslim Papua

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergantian tahun baru Islam 1 Muharram 1436 H berlangsung semarak di ujung Timur Indonesia. Tepatnya di Wamena Kabupaten Jayawijaya Papua, muslim setempat menggelar serangkaian acara dari Sabtu, (25/10) hingga Ahad (2/11). Acara tersebut hasil kerjasama Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Wamena, FORMUS, dan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) cabang Wamena.

Panitia penyelenggara, dr Mukri Nasution mengatakan, antusias masyarakat terutama Muslim baik pendatang dan pribumi sangat tinggi. Ramainya masyarakat yang mengikuti rangkaian acara tak kalah ramai dengan hari-hari besar Islam yang lain.

"Bisa kita lihat ramainya  Muslim setempat yang ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan dan acara yang diselenggarakan. Masyarakat datang bersama sanak keluarga dan kerabat ada yang dari sekitar tempat kegiatan maupun yang jauh dari tempat kegiatan. Padahal, kondisi geografis Papua sangat sulit ditempuh dan sebagian penduduk tinggal di gunung-gunung atau bukit-bukit yang jaraknya sangat jauh," kisahnya.

Rangkaian acara bertajuk "gebyar Muharram 1436 H" ini berlangsung  sepekan. Acara dimulai Sabtu (25/10) pukul 06.00 WIT di Lapangan Mesjid Agung Baiturrahman. Panitia perlombaan dr Zaitun Humaira menambahkan, acara gebyar Muharram di Wamena punya ciri khas tersendiri.

Menurutnya, kemeriahan acara diikuti oleh warga dengan latar belakang, ras, dan suku berbeda. "Antusias masyarakat dengan latar belakang etnis berbeda-beda mulai dari masyarakat Papua asli, Aceh, Makassar, Jawa, Medan dan lain-lain yang mereka hidup berdampingan dengan harmonis dalam memperingati hari besar Islam," paparnya.

Ia mengaku, ada kesan tersendiri baginya sebagai warga Aceh dan dokter yang ditugaskan di Papua. Ia terharu, ternyata Islam mampu menyatukan semua warga setempat yang berbeda warna kulit dan etnis tersebut dalam suatu acara Islam.

"Ada keharuan tersendiri mengingat muslim di Wamena Papua hanya minoritas. Namun keakraban dan semarak tahun baru begitu kental terasa. Hal ini membuat suasana tahun baru tidak berbeda jauh dengan kampung halaman saya di Banda Aceh," kisahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement