Senin 03 Nov 2014 07:25 WIB

Peran Mali dalam Dakwah Islam di Afrika Barat

Kekaisaran Mali
Foto: Onislam
Kekaisaran Mali

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pengaruh Islam di Mali dimulai pada abad ke-15. Saat itu, penguasa Mali memutuskan menjadi mualaf. Ada dua nama penguasa Mali yang memainkan peranan penting dalam perkembangan Islam di negaranya, Sundiata (1230-1255) dan Mansa Musa (1312-1337).

Sundiata adalah pendiri Kekaisaran Mali setelah runtuhnya Kekaisaran Ghana. Namun, para ulama tidak merestui Sundiata menjadi penguasa karena iman-nya yang lemah dan tidak menjalankan ajaran Islam secara kaffah. Namun, mencampuradukan antara Islam dan animisme.

Barulah perkembangan Islam mencapai puncaknya setelah Sundiata meninggal pada tahun 1225. Mali di masa pemerintahan Mansa Musa sangat dikenal hingga ke Eropa. Sebelum menjadi penguasa ia sempat melaksanakan haji. Sepulangnya, ia membawa serta sejumlah ulama dan arsitek guna membangun lima masjid yang megah dan besar.

Ibnu Batutah, dalam perjalanannya ke Mali, mencatat sepeninggal Mansa Musa Mali mengalami kegemilangan ekonomi dan politik.  Mali menjadi pusat perdagangan dimana ulama dan pedagang Muslim berada di sana guna menyebarkan agama Islam.

Islam di Songhay

Wilayah Songhay sempat menjadi bagian dari Kekaisaran Mali. Namun, wilayah ini melepaskan diri dan menjadi negara terpisah dengan dipimpin Dinasti Dia.  Wilayah Songhay sangat makmur secara ekonomi karena berada di jalur perdagangan dengan Gao.

Selanjutnya Songhay meluaskan wilayahnya semasa kepemimpinan Sunni Ali yang memerintah antara 1464-1492. Semasa pemerintahan Ali, lahirlah Timbuktu dan Jenne. Sunni Ali memang seorang yang sangat menjaga ajaran tradisional yang kala itu masih dijalankan masyarakat Afrika. Para ulama mulai menentang Ali.

Karena tahu para ulama banyak yang menentangnya, Ali mulai mengambil tindakan. Para ulama ditangkap dan dihukum penjara. Masa suram ini berubah ketika terjadi pergantian kepemimpinan, dimana Ali digantikan Muhammad Toure, seorang komandan milier.

Diluar konflik internal, perkembangan dakwah Islam begitu pesat. Di Timbuktu, dibangun universitas pertama di Afrika Barat, Sankore University.

Setelah Sunni Ali digulingkan, Taoure mendirikan dinasti baru yang diberinama Askia. Seperti pemimpin Songhay sebelumnya, Askia Taoure melaksanakan haji ke tanah suci. Di Makkah, oleh Raja Saudi, Askia diberi gelar Kalifah Sudan Barat dengan gelar Al-Hajj.

Islam di Kanem Bornu

Pada abad ke-13, Islam masuk ke Kanem, yang kini masuk ke dalam wilayah Chad. Saat itu, penguasa Kanem, Ummi-Jilmi yang memerintah 1085-1097 memeluk Islam berkat bimbingan ulama Sudan, Muhammad B Mani.

Ummi-Jilmi menjadi seorang Muslim yang taat. Ia belum sempat melaksanakan haji lantaran meninggal di Mesir sebelum sampai Makkah. Di masa pemerintahannya, banyak pelarian dinasti Umayyah menetap guna menghindar dari kejaran penguasa baru Dinasti Abasiyah di Baghdad.

Semasa kejayaan wilayah ini, Kanem merupakan daerah hub antara wilayah Maghrib dan Timur Tengah. Pada pemerintahan Dunama II (1221-1259), Kedutaan Besar Kanem didirikan di Tunisia.  Pada saat bersamaan, Kanem menjadi pusat ilmu pengetahuan di Mali.

The Kanem ulama dan penyair bisa menulis bahasa Arab klasik dari standar yang sangat tinggi. Kami memiliki bukti tentang hal ini dalam sebuah surat yang ditulis oleh juru tulis Kepala Kanem pengadilan kencan 1391-1392.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement