REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Namanya permasalahan, pasti selalu muncul. Entah kita sedang bersedih ataupun bahagia sekalipun, hal tersebut muncul sebagai cobaan, atau bahkan adzab. Semua itu harus dihadapi.
“Jangan berkeluh kesah,” imbuh pendiri lembaga dakwah Ihaqi, Ustadz Erick Yusuf, di Jakarta, Rabu (29/10). Mau orang tua ataupun pemuda, jangan sampai berkeluh kesah ketika menghadapi hidup.
Dulu, pendahulu kita berjuang dengan segenap jiwa dan raganya untuk negeri ini. Sumpah pemuda misalkan, di tengah himpitan kolonialisme yang merampas kemerdekaan, mereka berani dengan lantang menegaskan berbahasa satu, yaitu bahasa Indonesia, berbangsa satu, bangsa Indonesia, dan bertanah air satu, tanah air Indonesia.
Meskipun ketika itu dihimpit oleh penjajahan asing, pendahulu kita berani beraksi, menunjukkan mereka tidak bisa diremehkan. Tidak bisa disepelekan. Mereka bangkit menyuarakan nasionalisme sebagai jati diri yang membedakan dan tidak bisa dipandang sebelah mata.
“Inti dari sumpah pemuda adalah aksi nyata,” imbuh Erick.
Umat Islam jangan hanya berkeluh – kesah karena peraturan perundang-undangan buruk. Jangan hanya menggerutu pemimpin ini lemah. Jangan cuma berkomentar rumah sakit ini jelek pelayanannya.
Jadilah anggota dewan agar bisa menghasilkan produk legislasi berkualitas. Jadilah pemimpin, sehingga bisa memimpin dengan semangat Rasulullah. Bangunlah rumah sakit. Mereka yang tidak mampu berobat nantinya bisa ditampung untuk berobat disana.
“Jadi harus beraksi. Evaluasi kekurangannya. Lalu wujudkan dalam aksi nyata,” imbuhnya.
Ini semua harus diwujudkan bersama-sama. Jangan sampai umat Islam berjalan sendiri-sendiri. Bersatulah untuk beraksi. Dorong kader umat Islam untuk menjadi wakil rakyat. Dorong figur berkualitas menjadi pemimpin.
Ibarat seribu lidi. Ketika disatukan maka akan mampu membersihkan sampah. Mampu mencapai tujuan yang diinginkan. Tapi kalau sendiri-sendiri, tak akan bisa.
Intinya adalah sebagaimana dikatakan Rasulullah, “Al-mu’minu lil mu’mini kalbunyani yasyuddu ba’dhuhum ba’dha.” Artinya, orang mukmin itu ibarat sebuah bangunan. Satu dengan lainnya saling menguatkan, saling menopang.