Sabtu 25 Oct 2014 13:19 WIB

Bersegera Menuju Surga Allah (2-habis)

Seorang yang malas dengan amalan-amalan akhirat merupakan indikasi bahwa keyakinannya pada akhirat itu lemah.
Foto: Antara/Iggoy El Fitra/ca
Seorang yang malas dengan amalan-amalan akhirat merupakan indikasi bahwa keyakinannya pada akhirat itu lemah.

Oleh: Hannan Putra    

Seorang yang benar-benar yakin dengan kenikmatan surga di akhirat, tentu tidak ingin menunggu lama. Ibaratnya, seorang yang dijanjikan mendapat kiriman hadiah berupa satu unit mobil.

Ia begitu kegirangan. Setiap hari, ia terus menunggu kiriman mobil itu datang ke rumahnya. Bahkan, mungkin saja ia sudah menyiapkan garasi untuk mobil barunya.

Bagaimana pulalah kiranya kegembiraan seseorang yang dijanjikan surga yang kenikmatnya seluas langit dan bumi? Tentu kegirangan luar biasa bagi mereka yang memang meyakini akan adanya kenikmatan di akhirat. Seperti yang dirasakan Umair dalam kisah tadi.

Pertanyaannya, seberapa yakinkah kita dengan kenikmatan akhirat sehingga kita masih jua bermalas-malasan untuk beribadah. Bukankah ganjaran melakukan shalat sunah sebelum Subuh saja lebih baik dari dunia dan seisinya?

Lantas, mengapa masih banyak orang yang enggan melakukannya? Bukankah berinfak dengan sebutir kurma saja bisa menjadi tameng dari api neraka? Namun, mengapa masih banyak yang kikir mengeluarkan harta?

Pada kesimpulannya, seorang yang malas dengan amalan-amalan akhirat merupakan indikasi bahwa keyakinannya pada akhirat itu lemah. Ia tidak begitu yakin dengan ganjaran yang besar di akhirat sehingga ia merasa tidak perlu bersemangat untuk beramal.

Beda halnya ketika kisah seorang kepala daerah yang menjanjikan hadiah umrah, mobil, dan uang tunai bagi pegawai-pegawainya yang rutin shalat berjamaah. Para pegawai dari seluruh jajaran SKPD begitu bersemangat untuk shalat ke masjid. Minimal, ketika mereka rutin shalat ke masjid, mereka akan mendapatkan hadiah uang dari sang kepala daerah.

Ganjaran yang ditawarkan Allah SWT tentu lebih besar dari hadiah umrah, mobil, atau uang tunai tersebut. Bayangkan saja, fadhilah (keutamaan) shalat sunah sebelum subuh saja lebih baik dari seisi dunia ini. Shalat sunah saja sudah sedemikian besarnya apalagi shalat Subuhnya. Adakah yang mampu memberikan ganjaran yang lebih tinggi dari Allah SWT?

Lalu, mengapa tidak ada yang bersemangat dengan ganjaran yang ditawarkan Allah? Berarti ada keyakinan yang kurang pada akhirat. Kurang yakin dengan janji Allah, kurang yakin dengan akhirat, kurang yakin dengan qadha dan qadar. Pada kesimpulannya, rukun iman seseorang belumlah beres.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement