REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana Presiden Joko Widodo menjadikan tanggal hijriah satu Muharram sebagai hari santri dinilai logis, sebab peranan santri sangat strategis dari segi ideologi, sosiologi, politik maupun budaya yang berkembang di masyarakat. Jika zaman dahulu peran santri begitu kentara dalam memperjuangkan kemerdekaan serta pembentukan dasar-dasar negara, maka hari ini pun, santri masih berperan, meski dinilai tidak terlalu kelihatan.
“Tidak terlihatnya peran santri hari ini, karena memang masyarakat memperhatikannya dari luar, dari pemukaan, tidak memperhatikan secara lebih mendalam,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Islam merangkap sebagai Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Nur Syam kepada ROL pada Kamis (23/10).
Di samping itu, pesantren yang terus bergerak dalam memajukan santri dan masyarakatnya secara massif tidak terlalu menjadi fokus pemberitaan, sebab kecenderungan media massa hari ini pun lebih mengarah kepada hal-hal berbau sensasional.
Menurutnya, jika melihat secara lebih dalam, peran pesantren di tengah masyarakat sangat jelas. Jika di era penjajahan, santri berperan dalam melawan kolonialisne, sementara di era awal kemerdekaan santri memerangi komunisme, maka hari ini, di era pembangunan, santri terlibat dalam pemberdayaan masyarakat berbasis agama.