REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Saat ini, Indonesia tengah mengalami bonus demografi, di mana anak-anak usia sekolah yakni usia 0 hingga 24 tahun mencapai lebih dari 100 juta orang. Jumlah peserta didik sebesar ini menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia untuk menyiapkan generasi penerus berkualitas.
Dari segi pendidikan Islam, pakar pendidikan Islam Prof. Tuty Alawiyah menyatakan, perlu sinergi dari semua institusi pemerintah dan masyarakat dalam menyiapkan generasi mendatang berkualitas. “Tanggung jawab pertama berada di tangan orangtua, yang jangan hanya mengandalkan jasa pengasuh atau mengandalkan sekolah,” kata dia saat dihubungi ROL pada Rabu (15/10).
Dikatakannya, pendidikan pertama anak ada di bawah tanggung jawab orang tua untuk kemudian dilanjutkan ke institusi pendidikan formal dan nonformal. Terlebih, tantangan dan tanggung jawab orang tua makin tinggi di tengah deraan teknologi yang berpeluang membawa pengaruh buruk bagi perkembangan anak.
"Tayangan televisi, handphone, dan internet, itu seperti dua mata uang, ada positif dan negatif, maka yang perlu ditekankan adalah pegnawasan orangtua,” tegasnya. Pengawasan, agar anak dapat menerima dan menyerap apa yang baik dari teknologi, bukan malah menyerap yang buruk, misalnya pornografi atau contoh kekerasan dan kemerosotan akhlak.
Pengawasan selanjutnya, kata dia, ada pada guru.