Kamis 09 Oct 2014 23:51 WIB

Pesantren Susun 'Contigency Plan' Hadapi Bencana

Salah satu kegiatan santri di pondok pesantren.
Foto: Antara/Rudi Mulya/ca
Salah satu kegiatan santri di pondok pesantren.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah tokoh dari lingkungan pondok pesantren di beberapa daerah di Indonesia tengah menyusun "Contingency Plan" atau rencana yang diliputi ketidakpastian guna mengantisipasi munculnya beragam bencana di Tanah Air.

"Sehubungan munculnya beragam bencana akhir-akhir ini, kalangan pesantren menyiapkan diri dengan menyusun rencana kontinjensi," kata Pelaksana Subdit Pendidikan Pesantren Kementerian Agama RI, Mohammad Zen kepada pers di Jakarta, Kamis malam.

Mohammad Zen mengemukakan, kalangan pesantren di berbagai daerah di Tanah Air kini makin menyadari arti pentingnya perencanaan kontinjensi dalam menghadapi bencana alam yang kerap terjadi di Indonesia.

Kontinjensi itu sendiri adalah suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan segera terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan terjadi, dan perencanaan kontinjensi pada hakikatnya adalah suatu proses identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan kontinjensi tersebut.

Dikatakannya, rencana kontinjensi di lingkungan pondok pesantren tersebut kini disusun dalam lokakarya "Disaster Management Plan" (Rencana Manajemen Bencana) yang diselenggarakan di Yogjakarta tanggal 8 sampai 10 Oktober 2014.

Menurut Pelaksana Subdit Pendidikan Pesantren Kementerian Agama yang juga pengurus Ormas Islam Mathla'ul Anwar itu, dengan topografi alam yang berada di wilayah "ring of fire" (cincin api), peluang bencana seperti letusan gunung api, gempa bumi, tsunami dan longsor bisa terjadi setiap saat di Indonesia.

Salah satu pondok pesantren yang aktif berperan dalam menanggulangi bencana saat gunung api meletus adalah Pondok Pesantren Sirajul Huda di Kecamatan Tiga Bilanga, Karo Sumatera Utara. Ponpes tersebut hanya berjarak sekitar 10 km dari Gunung Sinabung yang meletus.

Dalam kaitan itu pimpinan Pondok Pesantren Sirajul Huda KH Saifudin Tarigan menjelaskan, ponpesnya menampung tiga ribu pengungsi Sinabung saat meletus beberapa waktu lalu. Mereka mengungsi di ponpes tersebut selama sebulan lebih.

Ponpes lain yang berperan dalam penanggulangan bencana adalah Ponpes Al Mubaarok, Sleman, Yogyakarta. Ponpes yang berdiri sejak tahun 2004 itu berjarak sekitar 17 km arah barat Merapi.

Pengasuh Ponpes Al Mubarok Kiayi Muhammad Arifatul Haq menjelaskan, ponpesnya menjadi posko penampungan warga saat musibah terjadi. Sekitar 100-an pengungsi dapat ditampung di pondok tersebut selama terjadinya erupsi Merapi.

Namun ketika radius jarak aman diperluas menjadi 20 km, posko di pesantren tersebut tidak bisa dilanjutkan karena masuk dalam kawasan bahaya. Sebagai gantinya ponpes mengirim para santri ke barak-barak pengungsi untuk memberikan pembinaan mental bagi para pengungsi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement