Kamis 09 Oct 2014 21:53 WIB

Saatnya Jokowi-JK Dukung IBF

Rep: Irwan Kelana/ Red: Agung Sasongko
 Pengunjung Islamic Book Fair 2014 di Istora Senayan, Jakarta.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Pengunjung Islamic Book Fair 2014 di Istora Senayan, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Afrizal Sinaro mengungkap pelaksanaan Islamic Book Fair 2015 bertepatan dengan awal tahun pemerintahan Jokowi-JK.  “Kalau memang pemerintahan yang baru punya kepedulian yang serius dalam mencerdaskan umat melalui buku, sudah saatnya pemerintah betul-betul membantu  penuh event ini,” tegas Afrizal, Kamis (9/10)

Terkait IBF 2015 yang akan digelar di Istora Senayan Jakarta, 27 Februari – 8 Maret 2015, Panitia IBF 2015 menyiapkan lebih dari 400 stan (tahun 2014 jumlahnya hanya 375 stan). “Seluruh stan IBF 2015 sudah terjual semua,” kata Ketua Panitia IBF 2015 Anis Baswedan  pada peluncuran IBF 2015 di Aula Perpustakaan Nasional Jakarta pekan lalu.

Hal tersebut, kata Afrizal, menunjukkan bukti bahwa minat masyarakat, baik industri  penerbitan buku Islam maupun stakeholder yang terkait dari tahun ke tahun terus meningkat.

IBF ke-14 tahun 2015 mengusung tema “Di Bawah Naungan Al-Quran”. “Tema ini merupakan gambaran keyakinan umat tentang peran Al-Quran dan As-Sunnah sebagai pedoman yang membimbing umat dalam setiap langkahnya. Umat Islam merasa nyaman karena memiliki Al-Quran sebagai penunjuk jalan dan pembimbing yang tidak akan menyesatkan umat-Nya,” papar Afrizal.

Ia menyebutkan, salah satu  acara  yang dari tahun ke tahun diadakan oleh Panitia IBF adalah memberikan penghargaan Islamic Book Award  (IBA). IBA diberikan antara lain terhadap penulis buku Islam terbaik. “Ini merupakan salah satu upaya Panitia IBF untuk mendorong para ahli, ulama, intelektual maupun tokoh-tokoh Indonesia dari berbagai bidang untuk berani menulis buku,” tutur Afrizal.

Ia mengemukakan, fakta menunjukkan saat ini lebih dari  50 persen buku yang diterbitkan di Indonesia merupakan buku terjemahan. “Padahal Indonesia tidak kekurangan tenaga ahli, orang-orang pintar. Tapi mengapa buku yang ditulis oleh orang Indonesia hanya sedikit?”

Menurut Afrizal, hal tersebut karena tidak ada rangsangan bagi para penulis asli Indonesia. “Yang  bisa memberingan rangsangan atau insentif itu adalah pemerintah,” tegasnya.

Afrizal menambahkan, IBA 2015  diberikan kepada delapan  kategori, yakni buku Islam terbaik kategori fiksi anak, fiksi dewasa, nonfiksi anak, nonfiksi dewasa, dan terjemahan. Selain  itu, buku Islam dengan ilustrasi terbaik, dan desain sampul terbaik, serta tokoh perbukuan Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement