Oleh: Yusuf Mansur
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dulu disunat, sekarang nyunatin. Itulah kita dengan anak kita. Dulu kita disunat ayah ibu kita dengan bantuan begkong atau dokter. Sekarang, kita yang nganter anak kita disunat.
Pada Jumat, 26 September, hari deg-degan buat saya dan Maemunah. Hari di mana kami akan menjalankan syariat Nabiyallah Ibrahim dan Nabi Muhammad. Khitan atau sunat. Putra ketiga dan keempat kami, mohon doa untuk keduanya, Kun dan Haafidz, disunat.
Sungguh. Sebagai orang tua, mestilah mikir dan terus bergerak. Untuk anak-anak yang dicintainya, baik untuk urusan dunia, juga untuk urusan akhiratnya.
Karena itu, Nabi Ibrahim, segitu nabinya beliau, bahkan disebut sebagai moyangnya para nabi meski duluan Nabi Adam, di urusan anak, beliau berdoa kepada Allah. Diabadikan di dalam QS Ibrahiim ayat 38-40.
Bersyukur dianugerahi anak seraya memohon yang terbaik untuk anak-anak keturunannya. Mata kita sebagai ayah dan ibunya anak-anak kita, telinga kita, kaki, dan langkah kita, serta kemampuan serbaterbatas. Anak-anak kita keluar rumah, udah ga mampu kita melihat dan mendengar apa yang dilakukan oleh anak-anak kita.
Maka, kepada siapa kita serahkan dan mohonkan bantuan dalam mendidik, mengawasi, membekali, dan membimbing anak-anak kita? Kecuali, kepada Yang Mahamampu, Yang Mahakuasa, Yang Mahabisa Mengawasi, tanpa batas.
Dan, Nabi Ibrahim banyak meminta kepada Allah. Banyak memohon. Dan, turunan-turunan beliau akhirnya memang hebat-hebat, dari kalangan nabi dan rasul.
Penerus kita adalah bukan hanya penerus kita. Tapi, mereka adalah penerus keluarga kita, suku kita, bangsa, dan negara kita, dan tentu saja penerus agama kita. Pewaris juga kehidupan semesta.
Maka, tidak ada pilihan, kecuali menyiapkan mereka sebagai generasi penerus sebaik-baiknya. Dan, jika kita bisa melakukannya, insya Allah kita termasuk yang mensyukuri nikmat Allah yang termasuk tiada tara. Yakni, nikmat diberi anak keturunan. Makin bagus, dari dua sisi, dunia akhirat maka makin bagus kebersyukuran kita. Makin jelek maka makin jelek juga kualitas syukur kita.
Semoga semua ayah ibu dan semua anak di dunia ini dalam keadaan Allah ridha, Allah mudahkan, Allah tolong, Allah bimbing, hingga menjadi hamba-hamba pilihan-Nya.
Jangan banyak berleha-leha, apalagi terlena, apalagi sampai salah dalam membesarkan, mengasuh, mengawasi, dan mendidik anak. Jadi apa mereka maka itu termasuk akan menjadi kesalahan dan keberhasilan kita. Semua kelak ada catatannya di sisi Allah. Kepadanya kita meminta perlindungan, pertolongan, dan bimbingan dalam urusan anak. Insya Allah.
Buat yang belum dikaruniai anak keturunan, khususnya pembaca Republika, kami doakan agar diberi kesempatan punya anak keturunan dan menjadi ayah ibu yang sangat baik untuk anak-anak keturunannya. Dan, semoga kita bisa berkhidmat, melayani, dan manfaat buat semua ayah ibu dan semua anak di dunia ini. Mohon doakan anak kami dan anak semua agar menjadi anak yang saleh. Amin.