REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Idul Adha dalam konteks kesejahteraan keluarga dapat dimaknai sebagai momen meneladani keluarga Nabi Ibrahim AS. Sebagai teladan, Nabi Ibrahim beserta isteri dan anak-anaknya mengajarkan kepada umat Islam tentang pentingnya komunikasi di antara keluarga disamping terus berpegang teguh kepada Allah Swt.
“Ibrahim, Siti Hajar dan Ismail merupakan profil ideal di mana mereka menjaga keutuhan keluarga dalam menghadapi ujian Allah,” kata Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama (Kemenag) Mukhtar Ali kepada ROL, Rabu (24/9).
Ibrahim, kata Mukhtar, memberikan pengertian kepada istri dan anak-anaknya ketika ia harus melakukan keputusan berat ketika meninggalkan Siti Hajar bersama bayinya di padang Arafah, serta ketika hendak menyembelih putra satu-satunya, Ismail.
Siti Hajar, lanjut dia, memiliki keikhlasan untuk membiarkan dirinya terasing sendirian bersama bayinya. Sementara Ismail patuh kepada perintah Allah dan mempersilakan ayahandanya untuk menyembelihnya, namun tidak jadi karena Allah mengganti Ismail dengan ternak. “Ada contoh komunikasi dan dialog yang baik antar keluarga yang mesti jadi contoh,” kata dia.
Dikatakan Mukhtar, komunikasi tersebut sudah mulai tampak terkikis bahkan hilang di tengah-tengah keluarga Indonesia hari ini. Sebab terlalu sibuknya masing-masing anggota keluarga dengan gadget dan komunikasi teknologi via dunia maya. Yang popoler dalam komunikasi keluarga hari ini, lanjut dia, adalah komunikasi seperlunya, dan hanya dilakukan ketika terpaksa.
Teladan selanjutnya dari momen idul adha adalah nilai ketulusan dalam menjalankan perintah Allah di tengah kondisi masyarakat yang hedonis, materialistis sebab menilai sesuatu hanya dari pertimbangan materi semata. Maka, menurutnya, momen Idul Adha harus jadi rujukan dan pengingat untuk benar-benar meneladani keluarga Ibrahim, lantas memeroleh cinta Allah.