Jumat 19 Sep 2014 14:40 WIB

Kemenag Akui Buku-Buku Islam Sangat Sensitif dan Rawan

Rep: c78/ Red: Agung Sasongko
Buku Madrasah yang bermasalah
Foto: PBNU
Buku Madrasah yang bermasalah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pendidikan Madrasah Ditjen Pendis  Kemenag Nur Kholis Setiawan memastikan Kementerian Agama akan berhati-hati dalam penyusunan buku-buku agama Islam untuk siswa madrasah. Ia mengakui buku-buku Islam seperti sejarah kebudayaan Islam, fikih dan akidah akhlak sangat sensitif dan rawan.

"Diikatakan rawan, sebab menurutnya dalam materi pelajarannya, ketiga mata pelajaran tersebut sarat friksi dari kelompok pemikiran Islam masyarakat Indonesia," kata dia Jumat (19/9).

Mata pelajaran fiqih, misalnya. Dalam urusan tata cara shalat dan qunut, dari segi ritual, ada kelompok Islam yang berbeda pandangan soal penggunaan bacaan tertentu. “Misalnya di kelompok A tidak membaca qunut dalam shalat, sedangkan di kelompok B pakai,” katanya.

Maka yang dilakukan pemerintah dalam menyusun buku, adalah berada di tengah-tengah untuk mengakomodasi beragam paham mayoritas Islam. Dalam buku, lanjut dia, disebutkan bacaan doa qunut tapi juga diterangkan bahwa ada sebagian kelompok yang tidak menggunakan qunut dalam shalat.

Ataupun dalam doa iftitah yang dibaca setelah takbiratul ihram. Ada beda bacaan antara kelompok yang satu dan yang lainnya. Makanya, dalam buku yang dibuat kemenag, dicantumkan bacaan iftitah versi keduanya.

Bagaimanapun, lanjut dia, keberadaan seluruh mazhab yang ada di Indonesia mesti diapresiasi. Sebab hal tersebut merupakan keniscayaan dan realitas historis. Berbeda dalam berpandangan dan berpendapat, kita harus saling menghormati,” ujarnya.

Makanya, ia pun menegaskan, adanya kekeliruan dalam konten buku sehingga menyinggung kelompok tertentu, itu murni kekhilafan yang harus segera diperbaiki. Bukan sama sekali bermaksud menyinggung atau merendahkan kelompok tertentu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement