Ahad 14 Sep 2014 18:03 WIB

Nichole Arel: Islam itu Agama Bangsa Arab?

Mualaf (ilustrasi)
Foto: courtesy onislam.net
Mualaf (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  Nichole Arel tak berhenti bersyukur atas hidayah yang diberikan Allah SWT kepadanya. Nikmat iman dan nikmat Islam. "Betapa bersyukurnya saya," kenang dia seperti dilansir onislam.net, Ahad (14/9).

Arel tak pernah menduga hidayah itu datang. Ini mengingat, ia seorang yang percaya dengan ajaran gereja. Arel sejak kecil sudah diperkenalkan kedua orangtuanya terkait ajaran Kristen. "Namun, keluarga saya hanya mengenalkan dua hal pada saya, yakni misa Natal dan Paskah. Sejujurnya, saya kecewa dengan itu," kata dia.

Seiring bertambahnya usia, Arel belajar untuk berhenti bertanya soal keyakinan. Rasa frustasinya itu ia tuangkan dalam bacaan. Ia baca buku-buku tentang budaya dan agama dunia. Ini termasuk sejarah Katolik.

Waktu berlalu, Arel masih berusaha untuk tidak memikirkan agama. Namun, itu tidak lama. Nyatanya, Arel merasa membutuhkan agama, ia haus akan kebutuhan spiritual. Rasa haus itu mengantarkan Arel untuk mengetahui sisi lain dari ajaran agama yang dikenalnya.

"Saya tidak paham konsep trinitas. Apa kemudian bisa ini menjadi alasan Tuhan memberikan kemampuan berpikir pada manusia," tanya dia,

Sekian lama mencari, Arel tak jua menemukan apa yang dicarinya. Perasaan putus asa segera muncul. Arel pun pasrah, namun ia masih percaya adanya Tuhan. Suatu hari, Arel mulai kembali membaca Alkitab. Kali ini, perhatiaanya terfokus pada peristiwa dunia. Ia habiskan waktu menulis surat kepada pemerintah AS untuk melindungi hak-hak Palestina dan Sudan.

Ia terpikir untuk menjadi relawan ke Palestina. Sejak itu, ia mulai membaca tentang literatur Islam, utamanya Alquran. Satu hal menarik didapatkan Arel, Islam punya konsep Ketuhanan yang menurutnya dapat diterima logika. Ia semakin kagum, bahwa agama yang dibawa Rasulullah ini seperti panduan hidup yang lengkap.

"Tapi Islam itu kan agama orang Arab," tanya dia dalam hati. Arel berkesimpulan, tidak mungkin warga Arab menerima dirinya sebagai Muslim.

Saat itu, Arel seperti mencari tahu soal asumsinya itu. Sejak itu, ia mulai meninggalkan gereja. Namun, tetap membaca Alkitab. "Saya selalu berdoa bisa menemukan apa yang saya cari," ucapnya.

Suatu hari, Arel bertemu sengan seorang Muslimah. Dengan segudang pertanyaan dipikirannya, Arel memberanikan diri untuk bertanya. "Apakah Anda Muslim," tanya Arel. Perempuan itu mengiyakan. Arel segera mengutarakan niatnya untuk mempelajari Alquran. Perempuan itu segera mengarahkan Arel ke masjid.

Tubuhnya gemetar seketika saat persis di depan pintu masjid. Hati dan pikirannya berkecamuk. Namun, spontan saja, kakiya melangkah seolah tanpa sadar. Tubuhnya tertarik gravitasi yang tidak dipahami Arel. Di sana, ia bertemu Muslimah, yang dahulunya merupakan mualaf.

"Saya nyatakan masuk Islam saat itu juga, Alhamdulillah," kenang dia,

Tahun pertamanya, ia habiskan untuk memperdalam ajaran Islam. Ia pelajari bahasa Arab guna mempermudah mengkaji Alquran. "Alhamdulillah, saya menemukan kedamaian setiap hari. Allah memang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang," kenang dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement