Ahad 14 Sep 2014 08:34 WIB

ISMI Maksimalkan Pemberdayaan Umat

Rep: Mas Alamil Huda/ Red: Erdy Nasrul
Sejumlah pengunjung melihat-lihat makanan dan minuman produksi usaha kecil dan menengah (UKM) saat pameran Koperasi dan UKM Makanan, Minuman, dan Kemasan 2012 di Gedung SME Tower, Jakarta, Rabu (3/10).
Foto: Antara/Andika Wahyu
Sejumlah pengunjung melihat-lihat makanan dan minuman produksi usaha kecil dan menengah (UKM) saat pameran Koperasi dan UKM Makanan, Minuman, dan Kemasan 2012 di Gedung SME Tower, Jakarta, Rabu (3/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Sumbangsihnya terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar kurang lebih 56 persen.

Berangkat dari hal tersebut, Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI) berkomitmen untuk memberdayakan umat Islam melalui UMKM berbasis syari’ah danbekerjasama dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin). Sebab, Kadin merupakan organisasi resmi sekaligus mitra kerja yang memiliki komunikasi yang resmi dengan pemerintah.

“Kadin secara Undang-undang adalah mitra kerja, mitra komunikasi pemerintah dari segi bisnis,” kata Ketua Umum ISMI Ilham Akbar Habibie di sela-sela Rakornas ISMI pertama di Jakarta, Sabtu (13/9).

Menurutnya, organisasi yang baru dibentuk setahun yang lalu ini akan fokus untuk membantu dan meningkatkan peranan terhadap UMKM. Hal itu dilakukan untuk memperkuat diri atau umat Islam sendiri dari aspek ekonomi. Program-program nyata akan dilakukan untuk meningkatkan daya saing. Seperti bantuan permodalan, teknologi, marketing dan beberapa poin penting yang lain.

Dia mengatakan, semua usaha juga harus berjejaring baik dari tingkatan regional, nasional maupun internasional. Dan yang paling penting, kata dia, sebagai pengusaha atau saudagar muslim, aspek syari’ah harus tetap menjadi yang utama dan tidak boleh dilupakan. Tetapi, ada satu hal yang perlu dicatat juga bahwa melihat kesyari’ahan itu adalah sesuatu yang universal, plural dan memperhatikan budaya yang lokal.

Sebab, lanjut Ilham, semua harus disesuaikan dengan watak, karakter dan budaya Indonesia. “Jadi itu kita perhatikan dalam konteks bisnis ini,” ujar pria yang juga menjabat Ketua Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement