Rabu 03 Sep 2014 12:41 WIB

Wamenag: Belajar Bahasa Arab Itu Perlu

Satu dari sekian motif yang mendasari perumusan kamus tersebut adalah melestarikan dan melindungi bahasa Arab.
Foto: Antara/Rudi Mulya/ca
Satu dari sekian motif yang mendasari perumusan kamus tersebut adalah melestarikan dan melindungi bahasa Arab.

REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Wakil Menteri Agama (Wamenag) Nasaruddin Umar menyatakan, anggapan tidak terlalu penting mempelajari Bahasa Arab tidaklah benar, terlebih bagi ahli agama bahwa untuk mempelajari kitab kuning saja harus mengerti bahasa tersebut.

"Hemat saya, kurang benar jika ada anggapan tidak harus menguasai kitab kuning, karena sudah ada terjemahan. Tidak harus susah payah dan membebani diri untuk belajar Bahasa Arab," kata Wamenag Nasaruddin Umar saat menghadiri Musabaqah Qira'atil Kutub (MQK) tingkat Nasional ke-V Tahun 2014, di Jambi, Rabu (3/9).

"Terlalu banyak resiko jika seorang ahli agama atau kiai/ulama tidak belajar kitab kuning. Bagaimana nanti masyarakat kita? Akan banyak masalah jika seorang pemuka agama tidak paham Bahasa Arab," tambahnya serius.

Mempelajari kitab kuning di pesantren adalah sebuah kewajiban bagi para santri dan penting bagi tegaknya NKRI. Fakta membuktikan semangat para santri dalam merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan bangsa tidak bisa diragukan.

"Saya masih ingat, ada seorang pengamat dari Amerika mengatakan, bahwa sebelum tahun 2000, Indonesia akan seperti Balkan. NKRI terpecah sekitar 20 negara kecil. Kini sudah 2014, namun Indonesia masih utuh," tegas Wamenag.

Kenapa Indonesia tidak bisa dihancurkan?Menurutnya, sebuah studi mengatakan, bahwa sepanjang Umat Islam Indonesia dan Pondok pesantren satu visi dan tujuan, maka NKRI tidak akan bisa dipecah dan dihancurkan. "Jelas, Pondok Pesantren merupakan roh NKRI yang sesungguhnya, diakui atau tidak, kekuatan umat lebih solid daripada simbol-simbol formal," tandasnya.

Mantan Dirjen Bimas Islam ini juga mengajak para kiai dan masyarakat Islam untuk mengaktualisasikan nilai-nilai pesantren agar tak tergerus zaman. "Kita tidak perlu berubah menjadi Ponpes Modern. Di beberapa negara seperti Inggris dan Australia, Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan paling modern, paling efektif dan efisien dalam mendidik anak. Makanya di Inggris dan di Australia digalakkan model pendidikan ala pesantren, yakni 'boarding school'," imbuh Wamenag.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement