REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK -- Selain Islamic Center, Kota Mataram juga memiliki objek wisata religius makam Loang Baloq dan makam bintaro. Keberadaan dua makam emang sudah terkenal di Pulau Lombok.
Di makam Loang Baloq disebutkan yang dimakamkan adalah Syekh Gaos Abdul Razak yang merupakan tokoh agama terbesar di Pulau Lombok yang datang dari Timur Tengah. Makam tersebut berlokasi di pinggir Pantai Mapak.
Sedangkan di Makam Bintaro adalah Syekh Saleh Sungkar. Makam Syekh Saleh Sungkar ini terkenal dengan sebutan Makam Bintaro karena berada di pinggir pantai kawasan Bintaro Kecamatan Ampenan. Sehingga dua makam tersebut dikeramatkan oleh sebagian warga di Pulau Lombok, dan selalu ramai dikunjungi peziarah, terutama pada Lebaran Topat (ketupat) dan musim haji.
Oleh karena itu saat ini pihak Disbudpar Kota Mataram sedang melakukan penataan terhadap kedua makam tersebut sehingga layak menjadi situs religi dengan anggaran sebesar Rp160 juta. untuk penataan jalan, menambah berugak (atau rumah tempat peristirahatan), memperbaiki pintu makam, pengadaan air bersih serta fasilitas mandi cuci kakus.
Selain dua makam tersebut, Disbudpar Kota Mataram juga telah menemukan 10 situs-situs bersejarah yang juga dapat dikembangkan menjadi wisata religius. Lima di antara situs baru yang ditemukan itu adalah Makom Dende Seleh di Ampenan, Masjid Bengak di Sekarbela, kemudian Makom Sunan Sudan di Monjok, Makom Titi Gangse di Sayang-Sayang dan Pura Meru di Cakranegara.
Dia menjelaskan, ada perbedaan sebutan antara makan makom. Makam artinya ada jazad para tokoh agama yang dimakamkan di makam bersangkutan. Sedangkan makom ada tanda bahwa lokasi itu pernah diinjak atau dipegang oleh para pemuka agama di lokasi tersebut.
Untuk menjadikan makam dan makom tersebut menjadi situs religius, pihaknya sedang melakukan penataan dan mencari informasi terhadap sejarah awal asal usul makam dan makom itu sehingga pemerintah dapat menulis sejarahnya.
Sampai saat ini versi yang diceritakan oleh tokoh agama dan masyarakat setempat berbeda-beda, namun sebagian merupakan tokoh yang dimakamkan adalah tokoh besar agama dan adat di Kota Mataram.
Disbudpar Kota Mataram saat ini juga sedang menyusun asal usul dan sejarah dari situs-situs religius tersebut, yang nantinya setelah dilakukan koordinasi baik dengan warga setempat, tokoh agama dan tokoh masyarakat, asal-usul situs akan diterbitkan dalam bentuk buku, sehingga bisa menjadi panduan bagi wisatawan yang hendak berkunjung objek wisata religious tersebut.
Selain itu, pihaknya akan mengimplementasikan sejarah tersebut dalam bentuk papan informasi yang diletakkan disetiap situs, dengan tujuan agar peziarah atau pengunjung bisa langsung mengetahui sejarah dari makam yang dikunjungi.
Disbudpar juga telah memasang petunjuk jalan yang menunjukkan dimana jalur-jalur yang harus dilalui ketika hendak berkunjung ke satu situs religious tersebut. "Untuk tahap awal kita sudah membuat penunjuk arah ke situs-situs religius itu," katanya.
Untuk mendukung promosi wisata religius di Kota Mataram, pihaknya juga akan merekrut petugas atau juru kunci untuk situs religious, minimal satu situs satu orang. "Petugas ini juga sekaligus sebagai petugas kebersihan di seputaran makam tersebut, sehingga setiap peziarah yang datang dapat merasa aman dan nyaman saat berada di makam," ujarnya.
Dengan demikian, ke depan retribusi untuk masuk ke situs-situs bisa lebih jelas, dan pemanfaatannya pun dapat lebih terarah. Selama ini pada situs-situs itu hanya ada kotak amal yang penggunaan dananya kurang tepat sasaran dan kurang transparan.