Senin 25 Aug 2014 16:58 WIB

Mustafa Sempat Ragu Soal Kebenaran Alquran

Mualaf (ilustrasi)
Foto: Onislam.net
Mualaf (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  Mustafa dibesarkan di wilayah Selatan, Amerika Serikat. Ia seorang penganut Kristen. Ia cukup aktif dalam kegiatan layanan gereja. Di kampus, ia menjadi anggota jemaat Gereja Kristus.

"Saya secara tulus mengakui, Yesus adalah anak Allah," kenang dia seperti dilansir Onislam.net, Senin (25/8). Ia juga percaya, dosa-dosanya telah dihapuskan oleh Yesus.

Suatu hari,  Mustafa bertemu dengan mahasiswa Iran. Mahasiswa itu bertanya kepada Mustafa apakah ia bisa menjadi teman sekamarnya. Mustafa pu mengiyakan. Sejak itu, keduanya terlibat pembicaraan soal agama.

"Setelah saya membawa Alquran selama liburan Natal, saya antusias mencari ayat tentang Yesus, Maria, Musa dan Yusuf.  Ketika saya baca, saya merasa tidak setuju dengan apa yang dikatakan Alquran, utamanya soal pernyataan Alquran soal Ketuhanan Yesus," ucap dia.

Membaca lebih dalam, Mustafa mulai berpikir logis. Perlahan, pemahaman Mustafa tentang ajaran Kristen berubah. Usai liburan semester, Mustafa memberitahu teman sekamarnya itu soal keyakinannya terhadap Islam. "Kami pergi ke masjid. Saya mengakui Tuhan itu satu, dan Kerasulan Muhammad SAW," ucapnya.

Tak butuh waktu lama bagi Mustafa beradaptasi dengan ajaran Islam. Ini terjadi, karena Mustafa cukup aktif mempelajari Islam. Memang, tak dipungkiri, lingkunganlah yang menjadi hambatan bagi Mustafa.

"Saya belum mempraktikan ajaran Islam dengan baik. Tapi saya terus belajar, saya ingin keluarga saya mengenal Islam dan Allah," kata dia.

Selama itu,  Mustafa mengalami pasang surut iman. Pada usia 40 tahun, Mustafa mulai memutuskan untuk mendalami ajaran Islam. "Saya tidak peduli apa kata mereka soal Islam dan Muslim. Ini tanggung jawab pribadi saya sebagai Muslim," kata dia.

Tragedi 9/11, membuat Islam dan Muslim terpojok. Pun itu dirasakan Mustafa. Masa itu merupakan cobaan terberat yang dialami Mustafa sejak memutuskan menjadi Muslim. Mustafa semakin sering membaca literatur Islam. "Dari apa yang saya baca, apa yang saya alami merupakan cara untuk memperkuat iman kepada Allah," kata dia.

"Saya sang at bersyukur. Saya berharap bisa menjalani sisa hidup saya untuk mengabdi kepada Allah. Saya ingin mati dalam keadaan Muslim," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement