Rabu 13 Aug 2014 19:50 WIB

Puisi dan Bahasa Simbol (1)

Puisi-puisi sufistik Rumi sarat dengan makna dan pesan humanis yang universal.
Foto: Reuters/ca
Puisi-puisi sufistik Rumi sarat dengan makna dan pesan humanis yang universal.

Oleh: Nashih Nashrullah      

George W Bush, dalam sebuah pidatonya di hadapan Muslim AS saat masih menjabat sebagai presiden, pernah mengapresiasi karya-karya Jalaluddin al-Rumi.

Puisi-puisi sufistik yang ditelurkan oleh sufi kelahiran Persia itu sarat dengan makna dan pesan humanis yang universal.

Belum lagi nilai-nilai transendental di dalamnya. Pidato Bush adalah bentuk pengakuan kebudayaan Islam yang ikut berkontribusi dalam peradaban Barat, terlepas dari kebijakan agresi militernya yang dianggap kontroversial.

Bukti lainnya juga menyebutkan bahwa karya-karya Rumi termasuk satu dari sekian buku Islam yang banyak diburu oleh warga AS pascatragedi 11 September.

Rumi memang cukup produktif dengan karya-karya puisi, prosa, dan qashidah. Di antara karyanya yang fenomenal yaitu Al-Matsnawi. Kumpulan syair ini terdiri dari 25.649 bait. Ada lagi Diwan Syams Tabriz yang memuat 36.023 bait. Di antara syair Rumi, berbicara perihal kematian:

Masa akan merebut akhir yang mengagetkan.

Tidak ada waktu lagi menunda

Serigala kematian akan merobek sedekat mungkin, lelucon yang nestapa ini

Tentang relasi Tuhan dan hamba, Rumi menulis demikian:

Sesungguhnya Akulah akhirmu

Jika Aku katakan jangan Engkau pergi ke sana, sungguh aku adalah kekasih-Mu

Aku adalah sumber kehidupan di titik ketiadaan

Pengalaman spiritual seseorang, seperti yang dialami oleh Rumi, menjadi magnet dan gerbang menuju rahasia di balik kata dan susunan kalimat. Pengalaman spiritual  sejumlah tokoh sufi juga akhirnya dituangkan dalam karya sastra sehingga  sastra Islam pun memiliki kaitan dengan sufisme.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement