REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Menjalankan shalat Idul Fitri di negara Amerika Serikat, di mana Islam menjadi agama minoritas ternyata cukup sulit. Apalagi penentuan 1 Syawal sangat mendadak dan Idul Fitri jatuh pada hari kerja atau bukan hari libur.
"Suamiku di Amerika tidak bisa shalat Idul Fitri 1435 H, karena Idul Fitrinya tidak pas hari libur," kata Siti Kusujiarti, dosen pada Warren Wilson College, Asheville, Nort Carolina, AS yang sedang mudik di Yogyakarta, Rabu (30/7).
Dijelaskan Atiek, panggilan akrab Siti, untuk mendapatkan informasi tentang hari besar Islam, keluarganya sangat tergantung pada Islamic Center di kota Asheville.
"Ketika telepon ke Islamic Center, sehari menjelang Idul Fitri, petugas di sana belum bisa memberi kepastian kapan Idul Fitrinya. Petugas mengatakan kepastian baru nanti malam. Sehingga waktunya sangat mepet dengan Idul Fitri," kata Atiek.
Waktu yang mepet ini membuat sebagian besar muslim kesulitan menjadwal ulang rencana kerja pas hari raya Idul Fitri. Sehingga muslim di Amerika Serikat terpaksa tidak dapat melaksanakan shalat Idul Fitri, terutama bila tidak jatuh pada hari libur.
Bagi Atiek, yang menjadi dosen, perguruan tinggi tempat ia bekerja cukup fleksibel. Ia dapat mengatur jadwal secara mendadak karena bertepatan dengan Idul Fitri. "Tetapi kalau perusahaan suamiku, berbeda," kata Atiek.