Rabu 30 Jul 2014 04:00 WIB

Kesalahpahaman Sebabkan Stigma Negatif Tentang Baha'i

Taman Bahai, Mount Carmel, Haifa, Israel
Foto: [ist]
Taman Bahai, Mount Carmel, Haifa, Israel

REPUBLIKA.CO.ID, Agama Baha'i sedang mencuat menjadi pembahasan masyarakat. Itu setelah Menag Lukman Hakim Syaifuddin sedang mengkaji untuk mengakui agama Baha'i secara konstitusi. Berikut wawancara dengan kandidat doktor dari Indonesian Consortium For Religious Studies (ICRS) UGM, Amanah Nurish, yang juga peneliti agama Baha'i di Indonesia dan Asia Tenggara

8. Apa saja kegiatan kegiatan yang dilakukan pemeluk Baha'i?

Kegiatan mereka dimulai dari tingkat majelis rohani setempat (tingkat lokal) dan majelis rohani nasional. Di samping itu pula, pemeluk Baha’i sering mengadakan kegiatan-kegiatan konferensi tingkat dunia yang tidak hanya dihadiri oleh pemeluk Baha’i tetapi bisa juga dihadiri oleh non-Baha’i. 

Karakter Baha’i ini sangat terbuka sehingga keberadaannya mudah diterima oleh berbagai etnis, ras, suku, agama, dan bangsa. giatan-kegiatan dialog antar iman. Tetapi, persoalannya kan pemeluk Baha’i hidup secara menyebar dan tidak berkelompok baik di pedesaan maupun perkotaan, dan tidak semua pemerintah daerah diberi sosialisasi tentang Keppres Nomor 69/2000 soal diperbolehkannya Baha’i untuk beraktivitas kembali setelah pelarangan pada zaman Sukarno dan Soeharto. 

Jadi, perlakuan masyarakat umum dan pemerintah daerah ini bisa berbeda-beda. Masyarakat tidak banyak tahu apa dan siapa pemeluk Baha’i, nah ketika masyarakat tidak tahu ya kadang ada kesalahpahaman dan menyebabkan stigma negatif tentang Baha’i. Ketidaktahuan memang seringkali menjadi penyebab individu atau masyarakat dengan mudah melempar tuduhan dan pasangka yang tidak benar.

9. Mengapa pemeluk ajaran Baha'i bisa berasal dari berbagai daerah?

Ajaran Baha’i bisa diterima masyarakat Indonesia karena dasar-dasar ajarannya yang di antaranya: percaya terhadap Tuhan yang maha esa, persatuan dalam keanekaragaman, memajukan perkembangan sosial dan ekonomi, mengutamakan pendidikan dan hak-hak kaum perempuan, keadilan dan pemerataan bagi semua manusia, kesetiaan kepada pemerintah, kesatuan ummat manusia, dan lain-lain. 

Di berbagai negara termasuk Indonesia, ajaran Baha’i berhasil membebaskan masyarakat dari kesenjangan ekonomi serta berhasil memajukan emansipasi kaum perempuan, memajukan pendidikan, dan upaya perdamaian. Sehingga sebagian masyarakat Indonesia menerima Baha’i sebagai keyakinan mereka. Saat ini jumlah pemeluk Baha’i mencapai lebih dari dua puluh tiga ribu orang yang hidup menyebar di seluruh wilayah kepulauan Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement