Jumat 25 Jul 2014 07:38 WIB

Mengenal Ilmu Tarikh (2-habis)

Kedudukan ilmu tarikh pada awalnya bukan menjadi perhatian utama para ulama.
Foto: Mudrajad.com
Kedudukan ilmu tarikh pada awalnya bukan menjadi perhatian utama para ulama.

Oleh: Hafidz Muftisany

Ilmu tarikh yang terus berkembang tidak lepas dari beberapa dorongan. Alquran banyak menyajikan kisah-kisah yang bertujuan dijadikan teladan bagi manusia.

Selain itu, ada perintah untuk memperhatikan tarikh sebagai pelajaran. Seperti, dalam surah ar-Ruum ayat 9. “Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat oleh orang-orang sebelum mereka...”

Kemudian, adanya kebutuhan untuk menghimpun hadis karena ajaran Islam yang terkandung di dalam Alquran mengenai ibdah dan muamalat masih bersifat umum. Penulisan hadis merupakan perintis jalan menuju perkembangan ilmu tarikh. Setelah muncul ilmu hadis, muncul juga metode kritik hadis untuk menyeleksi hadis yang benar dan salah.

Metode kritik ini juga menjadi metode kritik tarikh paling awal. Kemudian, adanya kitab-kitab as-Sirah (biografi Nabi Muhammad SAW) oleh para ulama hadis agar keteladanan Nabi bisa diikuti oleh umat Islam. Sejak itu, penulisan tarikh semakin berkembang.

Pada masa sebelum Islam dan awal kebangkitan Islam, para sahabat belum menulis tarikh. Semua peristiwa sejarah dan hadis disimpan dalam ingatan dan disebutkan berulang karena mereka menganggap kemampuan mengingat lebih terhormat.

Hadis Nabi, biografi, dan keadaan tertentu untuk tujuan agama baru ditulis pada akhir abad ke-1 H dan awal abad ke-2 H setelah wilayah kekuasaan Islam meluas. Masa itu disebut sebagai awal penulisan tarikh Islam. Perkembangan ilmu tarikh mencapai puncaknya pada abad ke 9 dan 10 pada Dinasti Abbasiyah.

Pada awal abad ke-3 H, penulisan tarikh di dunia Islam berkembang pesat didorong oleh penggunaan kertas yang diprodukasi di Baghdad pada 795 M. Pada masa itu sejarawan Muslim mulai menulis tarikh umum.

Memasuki abad ke-4 perhatian sejarah lebih diarahkan pada tarikh politik daripada agama. Tarikh politik menjadi alat propaganda dan objektivitasnya mulai berkurang karena kebanyakan ditulis dari kalangan istana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement