REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ratna Ajeng Tejomukti
Asma mulai menghasilkan karya saat usianya 15 tahun.
Karena keahliannya yang mengesankan sultan dalam membuat seni kaligrafi, Asma diberikan julukan. Julukannya adalah Abrait (Ibret) yang berarti panutan yang besar.
Asma juga pernah menyalin Alquran dengan seni kaligrafi. Dia menyelesaikan salinan tersebut di usia 28 tahun. Karya monumental tersebut saat ini disimpan keluarga Nafe al-Fayez di Arab Saudi.
Halaman pertama, terakhir, dan penjelasan dari Alquran didekorasi dengan gaya rococo. Sedangkan, halaman lain dihias dan dibingkai garis emas.
Karya Asma yang masih tersimpan di antaranya Hilye I Sharif di Museum Seni Islam Turki. Karya Alif Juzu dan Qit'a I disimpan di Ekrem Hakki Ayyerdi Collection. Karya Dalail-I Hayrat berada di Perpustakaan Universitas Istanbul, sedangkan Qit'a II di Saffet Tanman Collection.
Meski memiliki suami yang juga gurunya, karya-karya Asma jauh lebih banyak dikoleksi hingga kini. Para sejarawan menemukan setiap karya Asma ada goresan namanya. Hampir tidak ada karya yang dibuat bersama antara dia dan suaminya.
Memang sedikit sekali sejarawan yang menuliskan kisah Asma Ibret terutama mengenai perjalanan hidupnya. Kapan dan di mana Asma wafat pun tidak diketahui sejarahnya.
Sejarah hanya menulis Asma dimakamkan di Sheikh Murad Buhari al-Darba'i di Turki bersama dengan sang suami dan guru yang mendidiknya menjadi kaligrafer terkenal.
Salah satu contoh kaligrafi yang ditulis Asma di antaranya adalah shalawat. Isi shalawat tersebut adalah, "Ya Allah limpahkanlah berkah-Mu pada Nabi Muhammad SAW dan kerabatnya. Sebagaimana Engkau telah melimpahkan berkah pada Nabi Ibrahim dan kerabatnya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia."