REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) dapat menggerakkan masyarakat kecil untuk menabung. Meskipun tabungannya tidak sebesar kalangan menengah atas.
Selama ini, kata Saat Suharto Amjad, ahli keuangan mikro Islam Indonesia, masyarakat menabung tidak dalam bentuk uang. Namun berujud hewan ternak, perhiasan, tanah dan lain-lain.
"Meskipun untuk menabung, BMT harus melakukan jemput bola," kata Saat Suharto Amjad, Ahli Keuangan Mikro Islam Indonesia dalam seminar bulanan Dashboard Ekonomi Kerakyatan (DEK) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jumat (4/7).
Adanya tabungan ini membuat BMT dapat memberikan pembiayaan bagi nasabah yang membutuhkan. "Dana yang ada di BMT 90 persen dari masyarakat," kata Saat.
Saat ini, kata Amjad, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang dibiayai BMT banyak yang dikelola para sarjana. Sehingga kondisi UMKM dapat diajak untuk 'berlari' dalam meningkatkan volume usahanya.
"BMT dilahirkan oleh orang-orang dengan visi misi serta kepentingan yang sama. Yaitu, pertama, orang yang memiliki keinginan kuat melakukan perbaikan taraf hidup komunitas masyarakat di sekitar BMT. Kedua, merindukan berseninya sistem ekonomi syariah," katanya.