Jumat 13 Jun 2014 23:07 WIB

Ustaz Abdul Qodir Djailani, Inspirator Da'i dari Pedalaman NTT

Abdul Qodir
Foto: ist
Abdul Qodir

REPUBLIKA.CO.ID, -- Warna rambut, janggut dan alisnya tidak lagi hitam. Kerutan di wajahnya juga terlihat dominan. Namun senyum indah tidak pernah lepas dari wajahnya, menandakan api semangat masih menggelora dalam diri.

Ya, di usia yang sudah kepala enam, Abdul Qodir tetap gesit. Ia masih mampu menempuh perjalanan sejauh 22 kilometer menembus hutan serta jalan panjang yang berliku. Semua itu dilakukannya dengan semangat dakwah.

Berada di wilayah terpencil seperti Kecamatan Batu Putih, Nusa Tenggara Timur (NTT) memang harus ekstra sabar. Fasilitas yang ada sangat terbatas. Termasuk di Masjid Arrahman, tempat Abdul Qodir bersama rekannya ustaz Mohammad Ilyas berdakwah.

Arrahman adalah satu-satunya masjid yang digunakan masyarakat muslim dari tiga kecamatan yang ada disekitarnya seperti kecamatan Mollo, Batu Putih dan kecamatan Mollo Selatan.

Abdul Qodir hijrah dari kampung halamannya di Kabupaten Flores Timur menuju Kecamatan Batu Putih pada tahun 1990. Saat itu hanya ada sembilan keluarga yang memeluk agama Islam. Tapi kini jumlahnya sudah bertambah menjadi 49 kepala keluarga.

Hasil tersebut merupakan buah keikhlasan Abdul Qodir dan rekannya dalam berdakwah. Masuk dari satu pedalaman ke kampung lainnya ia jalani. Biarlah kekurangan harta dan lelah menerpa, asal tidak mengabaikan dakwah.

Membina muslim memang beban berat. Mengubah paradigma hamil diluar nikah yang kadung dianggap biasa di daerah itu misalnya. Butuh waktu, kesantunan serta ketulusan dalam menyampaikannya. Kesulitan itupun seakan sirna karena nilai utama dan kemuliaan pekerjaannya.

Hidup di tempat tinggal sederhana juga tidak menjadi masalah bagi Abul Qodir. Yang penting semangat dakwahnya tak luntur ditelan badai. Usia boleh menua namun keteguhan dan iman itu modal yang utama.

"Kita disini bertahan karena kasihan pada umat, walaupun harus hidup susah," ujar ustaz yang juga berprofesi sebagai petani itu dengan logat khas timornya.

Berdirinya satu masjid di Kecamatan adalah impiannya. Meski belum terwujud, bersama warga sekitar, Ia segera membangun satu unit Mushalla sederhana. Meskipun mushalla tersebut berada sekitar tujuh kilometer dari desa tempat tinggalnya.

Abdul Qodir kini juga bisa bernafas lega lantaran telah berdiri Pesantren Hidayatullah di Kota Kupang. Putra-putrinya akan segera dikirim untuk belakar di sana.

“Setidaknya pendidikan menjadi benteng pertahanan untuk anak dan keturunan kita .Doakan kami dengan ketulusan agar istiqomah dalam menunaikan amanah hingga nafas ini berakhir” Semoga eksistensi Islam terus menggema di santero pedalaman Negeri ini.

Walau begitu, Abdul Qodir masih memiliki impian untuk memiliki sendiri lembaga pendidikan yang berbasis Islam didaerahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement