Rabu 11 Jun 2014 13:59 WIB

Saat Ramadhan Jangan Konsumtif

Rep: c67/ Red: Damanhuri Zuhri
Ramadhan (ilustrasi)
Foto: Antara/Sahrul Manda Tikupadang
Ramadhan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Umat Islam diminta untuk berlaku sederhana dan tak berlebihan dalam mengonsumsi makanan saat Ramadhan tahun ini.

Menurut Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Achmad Satori Ismail perilaku konsumtif dilarang oleh ajaran Islam. ‘’Jadi, kita dituntut hidup sederhana,’’ kata Satori, Selasa (10/6).

Pada hari biasa, sikap konsumtif tak diperbolehkan apalagi saat bulan suci Ramadhan. Ia mengaku, secara umum pada Ramadhan masyarakat berbelanja makanan dengan porsi berbeda daripada hari biasa.

Di satu sisi, ketersediaan makanan hanya untuk menumbuhkan semangat saat berbuka puasa dan sahur. Meski demikian, tak boleh berlebihan.

Ia beralasan, bulan puasa menurut dia, bukan hanya menahan lapar dan haus, tapi juga menahan hawa nafsu terhadap makanan.

Dengan melaksanakan makna dari ibadah puasa itu sendiri, kata Kiai Satori, yakni mengonsumsi makanan secara sederhana umat Islam meneladani Rasulullah SAW. Puasa yang dilakukan, kata Satori, untuk mendapatkan keberkahan.

Menurut Satori, mengonsumsi makanan sewajarnya berarti hanya sesuai kebutuhan jasmani. ‘’Rasulullah SAW mengajarkan agar kita berhenti makan sebelum kenyang.’’ Ia menambahkan, Ramadhan tahun ini juga bertepatan dengan pemilu presiden.

Ia mendorong umat Islam ikut memilih, memberikan suaranya di bilik-bilik suara. Meski berbeda pilihan, ia menginginkan umat Islam saling menghormati. Dengan demikian keutuhan bangsa dan negara terjaga, tak terpecah-belah.

Cendekiawan Muslim,  Didin Hafidhuddin menyatakan perilaku konsumtif pada Ramadhan merupakan hal yang wajar. Sebab, kata dia, ini sudah menjadi tradisi yang dijalankan umat Islam setiap menjalani bulan suci.

Didin tak mempermasalahkan ketika Ramadhan umat Islam berbelanja dalam jumlah lebih banyak dibandingkan hari biasa.

Akan tetapi, pola pikirnya harus diubah yaitu, tidak hanya sekadar untuk diri sendiri melainkan dialihkan untuk memberi kepada orang lain.

Selain itu, kata Didin, problem yang terjadi pada umat Islam pada saat memasuki bulan suci Ramadhan yaitu, terjebak pada pemberian kepada orang lain secara langsung bukan lembaga. Padahal, semestinya pemberian tersebut harus jelas tujuannya dan kriterianya.

Didin juga menegaskan, puasa tak hanya berorientasi fisik. Dalam melaksanakan ibadah puasa, setiap Muslim harus memahami substansi ibadah ini. Puasa tidak hanya menahan lapar dan haus. Melainkan juga menahan dari hawa nafsu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement