Selasa 10 Jun 2014 14:54 WIB

Jalan Terjal Sang Dai

Ustaz Arief Heri Setyawan (depan) dan para santrinya.
Foto: Republika/Chairul Akhmad
Ustaz Arief Heri Setyawan (depan) dan para santrinya.

REPUBLIKA.CO.ID, KUTAI BARAT – Keesokan harinya, usai mengimami shalat Subuh berjamaah. Pengasuh Pondok Pesantren Asslam Ustaz Arief Heri Setyawan pamit pada warga untuk melanjutkan perjalanan dakwah ke Tanjung Soke.

Kampung pedalaman di wilayah Bongan tersebut agak susah dicapai karena minimnya fasilitas infrastuktur. Satu-satunya akses menuju Tanjung Soke adalah jalan tanah melintasi sejumlah perbukitan. Jika terjadi hujan, maka jalan itu berubah menjadi sungai lumpur.

Dalam kondisi kering, hanya mobil 4x4 (double gardan) yang mampu menembus perbukitan menuju Tanjung Soke. Sementara kendaraan roda masih leluasa keluar masuk kampung itu. Namun kala hujan, hanya motor trail yang bisa lewat.

Di Resak, Arief menyewa mobil dan sopirnya sekaligus untuk membawanya keTanjung Soke; Daihatsu Hiline GTL keluaran 1994. Cukup uzur memang, namun sang sopir meyakinkan Arief bahwa si Hiline siap mencapai Tanjung Soke.

Sisa hujan semalam masih membekas di jalanan menuju Tanjung Soke. Lumpur dan aliran air dari atas bukit memenuhi badan jalan. Pada dua kilometer pertama, si Hiline masih mampu menaklukkan jalanan perbukitan, walau dengan susah payah.

Namun, memasuki kilometer empat, mobil double gardan itu terengah-engah. Tak kuat membawa tujuh penumpang yang berjejalan di dalamnya. Apalagi tanjakan yang akan dilewati semakin curam, dengan sudut kemiringan sekitar 40 derajat.

Kubangan lumpur yang mencapai 50 sentimeter di jalan yang menanjak tak mampu diterobos. Sang sopir berulangkali melakukan manuver sembari membanting stir dan menginjak pedal gas, namun sia-sia.

Mobil itu mogok setelah mengeluarkan asap tebal dari bagian depan kap. Akhirnya, mundur perlahan ke bawah dan berhenti di pinggir jalan yang agak landai.

Para penumpang pun terpaksa turun setelah beberapa saat menikmati sensasi roller coaster yang cukup mendebarkan. “Andaikan semalam tak turun hujan, kita bisa pasti bisa sampai Tanjung Soke,” kata si sopir.

Arief cuma manggut-manggut. Rencana dakwah yang telah disusun rapi agak meleset. Satu titik dakwah gagal didatangi. Dai yang dikenal gigih dalam mengemban misi dakwah di pedalaman Kalimantan Timur ini pun mengubah rencana safarinya, yakni mendatangi kawasan Mahakam Ulu melalui jalur sungai.

Sejak terjun dalam dunia dakwah pada 1991, hingga kini ayah lima putri dan satu putra itu telah mengislamkan 900 orang Suku Dayak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement