Senin 02 Jun 2014 17:08 WIB

Muslimat NU Tingkatkan Layanan

Rep: c67/ Red: Damanhuri Zuhri
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama Khofifah Indar Parawansa
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama Khofifah Indar Parawansa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) mengakhiri rapat kerja nasional dan musyawarah kerja nasional, Ahad (1/6).

Kegiatan tersebut berlangsung sejak 28 Mei. Ketua Umum Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa mendorong perbaikan perangkat organisasi.

Menurut dia, majelis taklim yang selama ini dikelola Muslimat NU mestinya tak sekadar menjalankan fungsi keagamaan. Majelis sebaiknya juga berfungsi sebagai pusat informasi tentang berbagai hal yang bermanfaat.

Khofifah pun bertekad agar majelis taklim meneruskan langkahnya selama ini, yakni membangun wirausaha.

“Kami telah mengembangkan hal itu sejak 2003,” katanya. Ia menambahkan, kualitas manajamen majelis taklim dan usaha Muslimat NU juga akan dibenahi.

Targetnya, selain untuk sertifikasi majelis taklim dan koperasi juga demi kelangsungan dua kegiatan itu. Dalam musyawarah nasional, An-Nisa, koperasi milik Muslimat NU menetapkan sejumlah keputusan, di antaranya, pentingnya sertifikasi pengurus, pengawas, dan manajer.

Menurut Khofifah, butuh orang-orang profesional untuk mengelola koperasi dan majelis taklim. Apalagi, dalam persaingan global, Muslimat NU dan perangkat organisasinya dituntut mampu bersaing. Jika tidak, maka akan tertinggal.

Pengembangan lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) pun menjadi perhatian Muslimat NU. Khofifah mengatakan, organisasinya akan memperbaiki dan meningkatkan kualitas PAUD. Ia ingin bersinergi dengan pemerintah dalam pengembangan PAUD.

Pada Jumat (30/5) Menteri Pendidikan Mohammad Nuh menyatakan, terdapat beberapa persoalan dalam proses pendidikan PAUD.

Secara kelembagaan, belum banyak PAUD yang terdaftar. Karena itu, pemerintah menetapkan standar pendirian PAUD.

Persoalan lainnya adalah guru, terutama terkait kemampuan mereka dalam mengajar. Menurut dia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memperoleh banyak masukan soal ini. Guru PAUD tak harus sarjana.

Hal terpenting, para pengajar memahami psikologis anak. Mereka memberikan kasih sayang kepada peserta didik. Nuh pun mengkritik kurikulum yang dinilai berlebihan. “Misalnya, murid PAUD dituntut harus bisa berbicara bahasa asing.”

Kementerian berencana membuat kurikulum yang logis bagi anak-anak. Mendorong kreativitas merupakan hal yang terpenting diberikan kepada peserta didik. "Nilai-nilai kemuliaan juga harus dimasukkan dalam pendidikan PAUD," ujar Nuh.

Nuh mengimbau, tempat ibadah, seperti mushala dan masjid sebagai tempat PAUD. Manfaatnya, sejak dini anak-anak mengenal tempat ibadah.

Selain PAUD, Muslimat NU ingin agar layanan kesehatan, seperti klinik milik organisasi merespons program pemerintah, yaitu program badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS). Langkah ini akan membantu pasien mendapatkan manfaat program tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement