Ahad 01 Jun 2014 17:43 WIB

Abu Dzar al-Ghifari, Bangga dengan Islam (1)

Dua Kalimat Syahadat (ilustrasi).
Foto: kaligrafibambu.com
Dua Kalimat Syahadat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Hannan Putra

Saat ini mulai jarang orang bangga dengan identitas keislaman.

Betapa bahagianya hati seorang laki-laki dari Kabilah Ghifar, Abu Dzar al-Ghifari, ketika baru memeluk Islam. Sahabat yang menjadi orang keenam masuk Islam itu ternyata lebih ekstrem dibanding saudara-saudara se-Islamnya yang lain.

Mereka yang memeluk Islam akan ditindas dan disiksa. Untuk itulah, Rasulullah SAW meminta para sahabat ketika itu untuk menyembunyikan keislamannya.

Termasuk, juga kepada Abu Dzar. “Kembalilah kepada kaummu sampai ada perintahku nanti,” pinta Rasulullah SAW kepada pria bernama asli Jundub bin Junadah itu.

Namun, gelora hidayah Islam di dadanya membuat semangatnya meluap-luap. Kebahagiaannya telah memeluk Islam seakan ingin ia beritahukan kepada seisi bumi.

Ia ingin dikenal sebagai seorang Muslim. “Demi Tuhan yang menguasai jiwaku, aku takkan kembali sebelum meneriakkan Islam di depan Ka’bah,” pintanya kepada Rasulullah SAW.

Ia pun menuju Haram dan menyerukan syahadat dengan suara lantang. Spontan saja, masyarakat jahiliyah Makkah ketika itu langsung mengerubungi si pencari gara-gara tersebut. Hal terburuk sudah bisa ditebak. Ia babak belur dihajar massa dan nyaris tewas.

Begitulah kebanggaan seorang Abu Dzar dengan Islamnya. Jangankan cemoohan atau hinaan, kemungkinan terburuk yang akan merenggut nyawanya pun tak ia perhitungkan lagi. Baginya, menjadi seorang Muslim merupakan suatu kebanggaan.

Hal berbeda terlihat jelas antara Abu Dzar dan pemuda sekarang. Sungguh susah menemukan para pemuda yang bangga menyandang predikat sebagai seorang Muslim. Mereka malu mengenakan aksesori Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement