REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fernan Rahadi
Tiga tahun bisa membaca kitab kuning.
Rutinitas mereka sehari-hari, yaitu mengaji yang dilakukan setiap hari ba’da Subuh, ba’da Ashar, ba’da Maghrib, dan ba’da Isya. Tiap malam Jumat terdapat acara doa bersama dan tahlilan.
Sedangkan, pada malam Sabtu terdapat latihan pidato, mulai dari jadi pembawa acara sampai memberikan tausiyah. “Ini bertujuan agar terdapat keseimbangan antara mengaji dan tampil berbicara di depan orang banyak,” ujar Kiai Afief.
Saat terdapat ulangan umum di sekolah, pengajian Subuh dan Isya dihentikan sementara. Kiai Afief mengatakan, hal itu supaya tidak ada alasan prestasi sekolah jelek gara-gara mengikuti kegiatan-kegiatan pesantren.
Terkait aturan, Ponpes At-Tarbiyah sengaja tidak membuatnya tertulis. Hal itu supaya melatih kesadaran para santri untuk belajar disiplin.
Prestasi yang diraih para santri pun tidak bisa dibilang sedikit. Berbagai macam lomba tingkat kabupaten, provinsi, hingga nasional pun sudah dimenangkan para santri didikan At-Tarbiyah.
Misalnya lomba Musabaqah Tilawah al-Quran (MTQ), Musabaqah Qiraatul-Kutub (MQK), lomba pidato bahasa Arab, lomba dakwah, lomba Bahts al-Kutub, sampai lomba Qasidah, dan berbagai jenis lomba olahraga.
Di tengah kemajuan yang terus dicapai At-Tarbiyah, Kiai Afief sedikit mengungkapkan keprihatinannya terhadap perhatian pemerintah yang minim terhadap ponpes-ponpes secara umum.
Hal itu membuat banyak ponpes kesulitan membiayai dirinya sendiri. Dampaknya, minat orang memasukkan anak-anaknya ke pesantren semakin berkurang tiap tahunnya.
Jelang milad ke-25 At-Tarbiyah yang jatuh pada 27 Mei ini, Kiai Afief mengungkapkan sedikit harapannya untuk ponpesnya pada masa mendatang.
“Saya ingin agar para santri diberikan pelatihan yang sesuai minatnya pada saat jelang kelulusannya dari At-Tarbiyah. Hal ini supaya bekal mereka cukup untuk mencari pekerjaan di luar.
Namun, tentunya hal itu tak boleh bersinggungan dengan waktu belajarnya di pesantren karena pendidikan tetap merupakan hal yang utama.”